Tanjung (Suara NTB) – Koperasi Berkah Gumi Lombok (BGL) Kabupaten Lombok Utara tengah menggalang kemitraan dengan pengusaha Spanyol, untuk mengolah biji mete menjadi pangan siap konsumsi. Langkah awal kemitraan itu dimulai, Kamis 14 September 2023, di mana pengurus dan sejumlah anggota Koperasi telah bertemu dengan calon mitra.
Ketua PEN NTB sekaligus pengurus Koperasi BGL, Puguh Duwi Friawan, kepada Suara NTB mengakui, pihaknya sudah bertemu dengan calon investor yang menjadi mitra usaha koperasi. Mitra asal Spanyol sudah datang ke Lombok Utara, tepatnya ke Sentra Pengolahan Porang milik BGL di Desa Gunjan Asri, kecamatan Bayan.
“Kita kedatangan buyer dari Spanyol untuk pengembangan produk pertanian Lombok Utara. Jika kemitraan ini berjalan lancar, bisa dipastikan kita punya pintu ekspor ke pasar Eropa,” ungkap Iwan.
Ia menjelaskan, pertemuan dengan calon mitra dari Spanyol tidak lepas dari usaha BGL yang didukung oleh PT. Astra Internasional. Meskipun usaha inti BGL berupa pengolahan porang masih belum stabil akibat rendahnya harga pasar, namun BGL terus mencari alternatif komoditas pertanian lain untuk dikembangkan.
Selain Porang, BGL juga telah bermitra dengan Yayasan Kapuk Regenerative Wanatani dan Flocus B.V, untuk membudidayakan 20.000 pohon kapuk (randu).
BGL akan mengambil bagian pada penanam sebanyak 20 ribu pohon yang tersebar di masing-masing anggota kelompok BGL. Setelah semua tertanam, BGL akan mengadakan MoU lanjutan pada komoditas yang lain seperti kopi, kakao, cengkeh, vanili dan madu di Lombok Utara.
“Semua komoditas ini masuk pasar ekspor ke dua negara tujuan, yaitu Belanda dan Italia,” ucap Ketua BGL, Putra Anom.
Yayasan dan Flocus ia klaim memiliki tujuan yang sama dengan BGL. Yaitu untuk meningkatkan perekonomian dan kepastian pasar untuk semua komoditas, termasuk kapuk.
“Kapuk nanti kita jadikan pohon naungan dari tanaman porang, karena porang bisa tumbuh maksimal di bawah tegakan kayu. Kolaborasi tanaman ini sangat cocok, dan kami petani nantinya tidak bergantung pada hasil dari satu komoditas saja,” terangnya.
Menurut Anom, kapuk yang banyak dikenal masyarakat sudah lebih dulu dibudidayakan masyarakat meski tidak menyeluruh. Tanaman ini bukan sekedar jadi pohon naungan atau pelindung tatapi bisa menambah pendapatan petani.
Ketertarikan BGL menanam kapuk, tak lepas dari menariknya nota kesepakatan yang tertuang dalam MoU yang ditawarkan kepada BGL. Kapuk yang dihasilkan petani, tidak hanya dijual buahnya saja, tetapi di setiap pohon kapuk nantinya, akan ada nominal sebagai kompensasi sebagai bentuk apresiasi kepedulian terhadap lingkungan.
Sedangkan pada industri olahan Biji Mete, Puguh Duwi Friawan menyatakan kemitraan yang akan dijalankan bersifat menguntungkan kedua pihak. BGL akan bertindak selaku penyedia bahan baku dan pengolah menjadi barang jadi, sedangkan pengusaha asal Spanyol akan menyediakan teknologi (mesin dan peralatan).
“Jadi hari ini mereka survei dulu, setelah itu akan dilanjutkan dengan kerjasama ke tingkat teknis.”
“BGL akan menyerap bahan baku untuk diolah di sentra di Lombok Utara, kemudian barang jadinya akan dibeli oleh pengusaha Spanyol untuk dipasarkan di pasar Eropa,” pungkas Iwan.(ari)