Mataram (Suara NTB) – Tak hanya kebutuhan pokok yang melonjak. Harga gas elpiji 3 kilogram juga akan naik. Proses pendistribusian akan diawasi di tingkat pangkalan guna menghindari permainan harga.
Ketua Hiswana Migas Provinsi NTB, I Komang Mahendra Gandhi ditemui, Kamis, 14 September 2023 menjelaskan pemerintah sebenarnya telah melakukan penyesuaian harga eceran tertinggi gas elpiji 3 kilogram pada 18 Juli 2023 lalu. Tetapi secara formalitas penyesuaian itu berlaku setelah ditandatangani surat keputusan terbaru. Namun demikian, agar pemberlakuan harga eceran tertinggi (HET) terbaru berjalan kondusif, maka tahapan dilalui terlebih dahulu adalah berkoordinasi dan sosialisasi dengan kabupaten/kota terkait perubahan harga tersebut, agar ada persamaan persepsi. “Agar penyesuaian HET berjalan kondusif perlu koordinasi lebih intensif untuk persamaan persepsi sehingga berjalan kondusif,” kata Gandhi.
Koordinasi penyesuaian harga juga melibatkan Polda NTB untuk membantu mengawal apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan di lapangan pasca penyesuaian harga tersebut. Gandhi menyebutkan, HET gas elpiji 3 kilogram dari Rp15.000 naik menjadi Rp18.000. Harga Rp18.000 ini diterima oleh masyarakat.
Tidak pungkiri bahwa masyarakat membeli tabung gas melon itu di atas HET yang ditetapkan pemerintah. Gandhi menjelaskan, proses pendistribusian gas elpiji dari Pertamina menuju agen kemudian ke pangkalan. Pangkalan kembali menjual ke pengecer. Selama ini, masyarakat membeli gas elpiji di atas HET karena membeli di pengecer. “Kewenangan kami hanya sampai ke pangkalan saja,” ungkapnya.
Hiswana Migas menemukan indikasi permainan dari pangkalan. Mereka menjual tabung elpiji 3 kilogram secara gelondongan. Ia mencontohkan, jatah diterima dari agen 100 tabung langsung dijual ke pengecer. Oleh karena itu, item komposisi HET yang diterima pangkalan dari Rp1.000 menjadi Rp2.500 diharapkan mengubah perilaku mereka, agar tidak mengotak-atik HET yang ditetapkan pemerintah. Untuk pemberlakuan penyesuaian harga elpiji dilakukan apabila sudah dipandang situasi normal. Artinya, ketersediaan elpiji di masyarakat terpenuhi. “Kapan pun dan dimana pun masyarakat mencari elpiji tetap tersedia baru kemudian kita naikkan secara serentak di NTB,” ujarnya.
Sekretaris Daerah Kota Mataram, Lalu Alwan Basri mengakui, pedagang terutama pengecer mulai curi start menaikkan harga elpiji 3 kilogram. Padahal, pemerintah secara resmi belum memberlakukan penyesuaian harga tersebut. Indikasi permainan harga ini ada di pangkalan sehingga dibentuk tim khusus untuk melakukan pengawasan. “Dinas Perdagangan sudah bentuk tim untuk mengawasi itu,” kata Sekda.
Kenaikan harga eceran tertinggi gas elpiji 3 kilogram dari Rp15 ribu menjadi Rp18 ribu diharapkan dibarengi dengan ketersediaan stok, sehingga tidak menimbulkan kepanikan di tengah masyarakat. Di samping itu, proses pendistribusian perlu dibenahi sehingga konsumen tidak merasa kesulitan. (cem)