Mataram (Suara NTB) – Di Provinsi NTB terdapat sejumlah kawasan yang menjadi sentral penghasil kopi yang berkualitas, baik di Lombok maupun Sumbawa. Beberapa di antaranya adalah Sembalun, Tepal, Tambora, Selelos, Kumbi dan lainnya.
Anggota Komisi IV DPR RI Johan Rosihan mengatakan, ada banyak brand kopi daerah yang sudah menasional bahkan terkenal di mancanegara seperti kopi Kintamani, kopi Gayo, kopi Jawa, kopi Toraja, kopi Flores, kopi Sidakalang dan lain sebagainya. Namun kopi Sembalun, Tepal, dan Tambora belum berbicara banyak.
“Ini PR ya buat Pemda dan stakeholder terkait agar berani membawa kopi kita itu diperkenalkan ke brand-brand besar. Bahwa di antara kopi Flores dan Kintamani itu ada namanya kopi Tepal, kopi Tambora, dan kopi Sembalun. Ini kan belum muncul di brand-brand kopi nasional itu,” kata Johan Rosihan kepada Suara NTB kemarin.
Jika kopi Lombok dan Sumbawa masuk dalam jajaran kopi brand nasional lainnya, maka hal itu akan bisa menjadi nilai tambah bagi petani.
Pihaknya di Komisi IV kata Johan bermain di sektor hulu, yaitu mendorong pemerintah memperluas areal penanaman kopi, termasuk di wilayah Tepal Kabupaten Sumbawa. Di sana terdapat perluasan areal tanaman kopi arabika seluas 400 hektare. “Sebab pohon kopi yang lama butuh peremajaan juga,” terang politisi PKS ini.
Ia mengatakan, penanaman dan usaha kopi sudah harus menjadi perhatian Pemda, terutama dari sisi pasca-panen. Terlebih kualitas kopi Lombok dan Sumbawa memang bagus dan memiliki ciri khas tersendiri seperti sedikit asam dan fruity. Sehingga harga jualnya pun harus tinggi.
“Namun terkadang di kita, sering panen campur antara arabika dan robusta. Sementara kalau panen merah itu harganya tinggi,” katanya.
Johan mengaku, pihaknya bersama Pemda Sumbawa sedang mengusulkan kawasan kopi Batu Lanteh, Tepal, Punik dan kawasan sekitarnya menjadi jaminan kualitas serta penanda rasa Identifikasi Geografis. Jika usulan ini diterima, maka kopi NTB akan memiliki nilai tambah tersendiri.
“Di NTB baru kopi Tambora yang sudah memiliki Identifikasi Geografis. Kalau Tepal dan sekitarnya masih dalam tahap pengajuan,” katnya.
Sekretaris Asosiasi Kopi Indonesia (ASKI) Provinsi NTB M. Huzaini Areka mengatakan, pemerintah perlu memperbanyak penanaman kopi, karena NTB memiliki banyak event berskala internasional, sehingga membutuhkan banyak kopi. Hal ini juga merupakan peluang besar bagi petani dan juga pengusaha lokal dalam memanfaatkan potensi yang ada.
Karena kebutuhan kopi terus meningkat, para pengusaha sering mendatangkan kopi dari luar daerah. Terlebih pengunjung atau wisatawan di NTB, terutama saat event-event berskala besar, seperti World Superbike (WSBK), Motocross Grand Prix (MXGP), MotoGP banyak yang menikmati kopi.
‘’Seiring dengan dunia pariwisata sekarang, mari kita perbanyak petani kopi perbanyak menanam kopi, meningkatkan kualitas kopi dari hulu sampai hilir. Apalagi adanya event-event ini kan kopi lokal kurang, terpaksa ngambil kopi-kopi luar, seperti dari Kintamani, Bali dari Ijen, Sumatera hingga Jawa Tengah,’’ katanya.
Menurutnya, saat ada event internasional di NTB, pengusaha diharap tidak terlalu kaku dalam menyiapkan kopi bagi para pengunjung. Apalagi, para penikmat kopi ingin merasakan sensasi lokal saat minum kopi. Selain minum kopi khas NTB, mereka juga butuh menikmati dari luar, seperti dari Bali, Flores, Pulau Jawa, Sulawesi dan lainnya.
‘‘Tapi tetap kita menjadi kopi wajibnya adalah kopi lokal, baik yang Kopi Tepal, Kopi Tambora, Sembalun dan lainnya,’’ terangnya.(ris)