HARGA gabah atau beras di seluruh daerah di Indonesia sekarang ini sedang naik. Gabah atau beras asal NTB dikirim untuk memenuhi kebutuhan beras bagi beberapa daerah di Indonesia. Namun, melihat jumlah produksi beras dan gabah NTB setiap tahunnya selain yang dikirim ke daerah lain sudah cukup memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah ini.
Pimpinan Wilayah Perum Bulog, David Susanto, mengakui, ada untung dan rugi jika beras atau gabah dari NTB dikirim ke luar daerah. ‘’Di satu sisi ada untungnya, di satu sisi ada ruginya. Untungnya, kalau gabah keluar itu, petani bisa mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi. Pedagang di Jawa membeli Rp100 atau Rp 150 perak lebih tinggi. Tapi ruginya, kondisi saat ini seakan-akan kondisi gabah di sini sudah agak kurang, tetap seperti itu,’’ ujarnya pada wartawan di Kantor Gubernur NTB, Rabu, 13 September 2023.
Pihaknya sependapat jika dalam pengiriman gabah atau beras ke luar daerah diatur oleh pemerintah daerah. Dalam hal ini, ujarnya, sudah ada Peraturan Gubernur (Pergub) tentang Pembatasan Gabah Keluar Provinsi. Pihaknya berharap tahun 2024 secepatnya disosialisasikan mengenai Pergub ini dan diterapkan, sehingga gabah atau beras tidak banyak keluar.
‘’Tapi saya yakin pemerintah provinsi, beras yang kelua itu tidak masalah. Kalau mengirim beras keluar daerah, gabahnya kan produksi di sini. Jadi penggilingan di NTB punya stok yang cukup lama bisa operasional. Paling tidak full satu tahun. Tapi kalau gabah lari keluar, produksinya paling hanya 8 bulan,’’ terangnya.
Menurutnya, jika semakin banyak gabah yang keluar daerah, banyak yang terkena dampak, yakni buruh pabrik penggilingan, dedak berkurang hingga beras juga semakin mahal.
Sementara berdasarkan angka sementara luas panen dan produksi padi tahun 2023, data Kerangka Sampel Area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS), produksi padi NTB perkiraan Januari-Oktober 2023 sebesar 1.382.003 ton Gabah Kering Giling (GKG). Dengan luas panen Januari-Oktober 2023 sebesar 273.793 hektar.
Hingga saat ini, panen masih tetap ada. Namun, tidak sebesar panen pada saat musim puncak panen. Naiknya harga beras di pasaran bukan karena rendahnya produksi. Kenaikan harga beras di pasaran akibat tidak terbendungnya pengusaha-pengusaha luar daerah yang masuk ke NTB membeli langsung gabah-gebah petani di lapangan. Ditebas, lalu diboyong ke luar. Hal ini terjadi saat puncak panen tahun ini, pada triwulan I, dan triwulan II tahun 2023. (ham)