Mataram (Suara NTB) – Provinsi NTB sejak akhir 2019 lalu memiliki pabrik minyak kayu putih terbesar di dunia yang terletak di Desa Oi Katupa, Kecamatan Tambora, Kabupaten Bima. Pabrik minyak kayu putih itu dikelola oleh PT. Sanggar Agro Karya Persada. Saat dimulainya pengoperasian pabrik ini, Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah langsung datang ke lokasi pabrik.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi NTB, Julmansyah, S.Hut, M.A.P mengatakan, jika di tahap awal, pabrik ini memproduksi sekitar 30 ton daun minyak kayu putih, sekarang produksinya sekitar 42 ton per hari dari kapasitas 72 ton sehari. “Dia punya kapasitas 72 ton sehari, namun yang baru dimanfaatkan baru sekitar 42 ton sehari,” sebutnya.
Bahan baku daun minyak kayu putih tak hanya dari Pulau Sumbawa saja, namun juga dari luar daerah. Mengingat di Indonesia terdapat sejumlah daerah penghasil minyak kayu putih seperti di daerah Ambon, Pulau Buru, Halmahera, serta di sejumlah Perhutani di Pulau Jawa.
Di Pualu Lombok juga terdapat sejumlah kawasan penanaman minyak kayu putih dan pabriknya yang sudah beroperasi sejak pemerintahan Zul – Rohmi. Misalnya pabrik minyak kayu putih, PT. Galih Tulen di Desa Timbanuh Pringgasela Lombok Timur dengan kapasitas 4 ton daun sehari. Selain itu tumbuh pabrik minyak kayu putih skala kecil di Lombok Utara serta Lombok Tengah. Bahan baku kayu putih telah tersedia sebanyak 4.380 Ha di Pulau Lombok.
Keberadaan dunia usaha sebagai offtaker produk masyarakat merupakan hasil dari upaya DLHK membangun ekosistem industri kehutanan berbasis masyarakat. Dimana PT. Galih Tulen juga menerima kayu putih yang berasal dari berbagai areal perhutanan sosial di sekitar hutan Mareje Bongak di Lombok Tengah bagian Selatan.
Kedepan tanaman kayu putih dengan pengembangan industrialisasinya akan membantu peningkatan pendapatan masyarakat sekitar hutan, mengingat tanaman ini hanya sekali ditanam dan dipanen setiap 6 bulan setiap tahun dengan cara memangkas.
Ia mengatakan, semakin panas dan kering lokasi tanam maka kualitas daun dan minyaknya akan semakin baik. Tentu ini menjadi solusi tepat bagi wilayah di Kabupaten Bima, Dompu dan Sumbawa, mengingat tanaman kayu putih punya sistem perakaran yang dalam dan dapat menjadi solusi bagi longsor dan run-off akibat dari pertanian monokultur Jagung di kawasan hutan.
“Pulau Sumbawa kan iklimnya kering. Kayu putih semakin kering semakin bagus,” ujarnya.
Sebelumnya Gubernur NTB mengatakan, berbicara industrialisasi tidak semudah membalikkan telapak tangan. Namun dengan hadirnya pabrik minyak kayu putih ini tentu akan menambah kepercayaan diri masyarakat NTB. Hadirnya industri ini dapat memberikan menfaat bagi lahan-lahan kosong, yang selama ini tidak dimanfaatkan.
Gubernur mengatakan, ke depan akan dibangun sekolah khusus di lokasi pabrik tersebut. Hal ini dilakukan untuk menjamin sumber daya manusia yang akan mendukung keberlangsungan pabrik minyak kayu putih ini. Hal ini juga dimaksudkan untuk memberdayakan masyarakat lokal. Sehingga tidak lagi mengambil tenaga kerja dari luar. (ris)