Mataram (Suara NTB) – Perum Bulog Wilayah NTB menggelontorkan beras hingga 100 ton perhari untuk melakukan Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). Diketahui, dalam beberapa waktu terakhir, harga beras mengalami pergerakan terus menerus. Di Pasar Kebon Roek, salah satu pasar percontohan di Provinsi NTB, harga beras dengan kualitas super naik hingga Rp14.000 perkilo.
Pimpinan Wilayah Perum Bulog NTB, David Susanto, bersama Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB, H. Abdul Azis, serta unsur dari TNI-Polri, Pemkot Mataram melakukan pemantauan harga beras. Berdasarkan pengakuan para pedagang pangan, belakangan ini masyarakat mulai berburu beras. Tidak saja masyarakat sekitar Kota Mataram yang datang berbelanja. Pun masyarakat yang ada di dataran-dataran tinggi di bagian utara Lombok turun langsung mencari beras.
Jem, salah satu pedagang sembako di pasar ini mengatakan, harga beras mengalami kenaikan setiap hari. Ada rasa kekhawatiran dari warga akan terjadinya kenaikan terus menerus. Sehingga setiap hari, warga mengantre menunggu beras yang dikirim dari Bulog. Karena harganya relatif rendah, Rp10.900/Kg.
Sebagai mitra Bulog, ia mendapatkan pasokan sebanyak 1 ton. Seminggu bisa tiga kali dipasok. Karena harganya relatif rendah dan berasnya berkualitas, sehingga beras Bulog menurutnya menjadi buruan pembeli. Di luar beras Bulog, Jem mendapatkan pasokan beras dari beberapa distributor di Pulau Lombok. Di Lombok Barat, dan Lombok Tengah.
Pedagang lainnya, Hj. Masriah mengatakan, beras Bulog diburu pembeli karena harganya yang masuk di kantong ibu-ibu rumah tangga yang tidak memiliki penghasilan tetap. Ia juga dijatah sebanyak 1 ton dari Bulog untuk setiap pengambilan. Beras dari Bulog sudah dalam bentuk kemasan 5 Kg. Sesuai ketentuan, satu pembeli hanya mendapatkan maksimal 2 kantong.
“Kalau tidak diatur pembeli ini, dua jam saja sudah habis beras yang 1 ton dari Bulog ini,” katanya. Sementara itu, Pimwil Bulog NTB, David Susanto menegaskan, memasuki Bulan September 2023 dan dampak dari el nino mengakibatkan produksi gabah petani menurun drastis. Hal ini menyebabkan harga beras di pasaran mengalami kenaikan hingga 12 ribu untuk kualitas medium.
Untuk menstabilkan harga beras, Perum Bulog Kanwil NTB terus melakulan Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) terutama terhadap komoditi beras kualitas medium. Bulog NTB bekerjasama dengan pengecer beras di setiap pasar untuk stabilkan harga beras.
David menambahkan Pengecer-pengecer tersebut di droping beras sekitar 1 ton sekali droping dan di droping 2 sampai dengan 3 kali seminggu. Jumlah pengecer per pasar antara 16 – 21 pengecer. “Pada prinsipnya, di seluruh pasar tersedia beras dan masyarakat tidak kesulitan membeli beras artinya pasokan lancar dan tersedia. Masalah harga naik adalah hal yang wajar karena memang bukan musim panen raya dan panen sedikit,” Jelas David.
SPHP yang di gelontorkan Perum Bulog NTB sehari di kabupaten/kota SE NTB sampai dengan 100 ton per hari. Sementara stok yang dimiliki Perum Bulog NTB saat ini sejumlah 38 ribu ton setara beras dan aman sampai dengan musim panen tahun depan. Di Pasar Kebon Roek sendiri, terdapat 20 pengecer dan didroping hari ini 20 ton beras kualitas medium yang wajib dijual maksimal HET Rp10.900/Kg.
Masyarakat langsung dapat membeli beras SPHP ini ke pasar-pasar seperti Pasar Mandalika, Pasar Kebon Roek, Pasar Pagesangan, Pasar Sindu, Pasar ACC, Pasar Gerung, Pasar Renteng, Pasar Narmada, Pasar Sayang-Sayang, Pasar Gunung Sari, pasar-pasar lain di kabupaten/kota lombok timur sampai dengan bima juga sudah ada dan otlet-otlet RPK yang sudah ditunjuk oleh Perum Bulog NTB.
David juga menekankan, beras yang dipasok oleh Bulog kepada mitra tidak boleh dijual kepada orang mampu. Apalagi kepada spekulan yang membeli langsung Borongan untuk dijual kembali. “Kalau ada mitra kita yang nakal, kita putus kerjasama. Ini semata-mata agar masyarakat yang memang berhak mendapatkan harga yang layak tidak diambil jatahnya oleh kelompok masyarakat yang tidak mampu,” imbuhnya.
Operasi pasar akan dilaksanakan setiap hari, tanpa batas waktu yang ditentukan. Agar harga beras tetap bisa terkendali. (bul)