Mataram (Suara NTB) – Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) tahun 2023 jenjang SMA di NTB digelar pada pada 28-31 Agustus 2023 pekan lalu. Secara umum, pelaksanaan ANBK SMA berjalan relatif lancar, tetapi diwarnai sejumlah gangguan kecil yang segera diatasi oleh pihak terkait.
Koordinator Teknis Jenjang SMA ANBK Dikbud Provinsi NTB Tahun 2023, Purni Susanto pada Senin, 4 September 2023 mengatakan, pelaksanaan ANBK relatif berjalan sangat baik. Menurutnya, hampir tidak ada kendala, tapi ada masalah kecil yang sempat terjadi di beberapa sekolah. “Hanya masalah masalah kecil saja seperti gangguan sinyal, server, listrik, dan lain-lain. Selebihnya aman-aman saja,” ungkapnya.
Sekitar 11.386 siswa SMA di NTB menjadi peserta utama ANBK tahun 2023. 861 siswa lainnya menjadi peserta cadangan. Khusus jenjang SMA, jumlah sekolah negeri dan swasta yang mengikuti ANBK tahun ini sekitar 351 sekolah, dengan rincian 150 SMA negeri dan 201 SMA swasta. Untuk sekolah yang jumlah siswanya banyak, maka peserta diambil secara acak dengan jumlah maksimal 45 orang dan cadangan 5 orang.
Hal senada disampaikan Kepala Balai Teknologi Informasi Data Pendidikan (BTIDP) Dinas Dikbud NTB, Agus Siswoaji Utomo, S.Pd., yang memonitor pelaksanaan ANBK SMAN 1 Woha dan SMAN 1 Belo.
“Secara umum pelaksanan berjalan lancar, siswa melaksanakan tugas secara baik, baik itu litrasim numerasi, dan karakter. Untuk token dan rilis tidak ada masalah, pada saat ada kendala, misalnya siswa log out, panitia berusaha membantu yang bersangkutan,” ujarnya.
Ia juga menyampaikan, masing-masing sekolah sudah mempersiapkan dengan baik, ditandadi dengan sudah memiliki POS terkait ANBK. “Juga sudah sesuai ketentuan di lab komputer, di masing-masing ruangan ada server ruangan, dan ada pengawas silang dari sekolah lain. Ada proktor dan teknisi jika ada kendala,” jelasnya.
Di samping itu, Purni menjelaskan, untuk Survei Lingkungan Belajar (Sulingjar) yang diperuntukkan bagi Guru dan Kepala Sekolah, rencananya akan dilaksankan tanggal 11–24 September 2023. Catatan yang perlu diatensi berdasarkan pengalaman Sulingjar tahun sebelumnya yakni banyak data guru yang kurang valid, misalnya guru sudah mutasi atau meninggal tapi namanya masih bercokol di Dapodik. Guru guru yang sudah tidak aktif namun masih terdata pada Dapodik seperti ini akan sangat mempengaruhi persentase atau tingkat partisipasi kegiatan ANBK di NTB.
“Apalagi bila data seperti ini cukup banyak tersebar di beberapa sekolah. Karena itu, kami harapkan agar sekolah memberikan atensi khusus terkait validasi data dapodik ini,” harap Purni. (ron)