ALDI WIJAYA (2 tahun), harus menjalani hari-hari yang sangat berat. Takdir Tuhan membuatnya hidup tanpa kasih sayang orang tua. Usia 1 tahun, Ibunya meninggal. Sedangkan Ayahnya bernama Diana, merantau ke Provinsi Maluku, tak lama setelah perayaan Idul Fitri 2022 kemarin.
Selasa, 8 Agustus 2023 malam, Bhabinkamtibmas Desa Sambik Elen, kecamatan Bayan, Bripka Lalu Budi Setiawan, berkesempatan memberikan bantuan sembako untuk Aldi dan keluarga sang nenek (Inaq Pendinel) yang merawatnya. Ia adalah penerima bantuan paket sembako ke-8 dari 10 orang KK yang dijadwalkan Budi untuk dibantu. Selama 2 tahun lebih menyalurkan bantuan, Budi mengaku hanya lalu lalang saja di lingkungan tempat tinggal Budi. Ia tidak mendapat informasi, jika Aldi, salah satu Balita yang rentan risiko sosial.
“Begitu dapat informasi dari salah satu warga, saya langsung datangi membawakan sembako. Sampai di sana, kondisi anaknya memang memprihatinkan,” tutur Budi, kepada Suara NTB, Rabu, 9 Agustus 2023.
Aldi tinggal bersama neneknya di Dusun Pegadungan, Desa Sambik Elen. Sejak ibunya meninggal dan ditinggal merantau ayahnya, sehari-harinya ia dirawat oleh neneknya. Ada pula si bibi dari Aldi, hanya bisa menemani bermain di sela-sela kesibukan sekolah karena masih menimba ilmu di kelas 5 Sekolah Dasar.
Di lingkungan tempat tinggal neneknya, Aldi belum memiliki rumah dari sang Ayah. Rumah yang ditinggali Aldi adalah RTLH milik sang nenek, ukuran 2×2 m, dengan dinding dari anyaman bambu. Sedangkan rumah Aldi, hanya berdiri pondasi RTG yang tak kunjung dilanjutkan. Rumah Aldi berada tepat di belakang Bhabinkamtibmas duduk (pada foto).
“Dari segi ekonomi, Aldi maupun neneknya butuh bantuan. Apalagi di sana juga ada pamannya Aldi yang disabilitas (tuna wicara),” sambung Budi.
Sejak mengetahui kondisi Balita Aldi, Budi bertekad untuk memperhatikan balita malang tersebut. Ia bahkan ta sungkan membagikan momen bersama Aldi di lini masa dinding Facebook miliknya. Harapannya, muncul keprihatinan dari dermawan, donatur, maupun instansi pemerintah untuk membantu.
“Alhamdulillah, sudah ada setidaknya 3 orang yang inbox mau membantu. Bentuknya belum tahu, tapi ada yang menawarkan pakaian bekas.”
“Status stuntingnya belum kita cek. Kita akan telusuri lebih lanjut, kalau memang stunting, kita berharap supaya dinas terkait membantu dengan kebutuhan yang cukup untuk Balita seusianya,” tandas Budi.
Sementara, Kepala Dusun Pegadungan, Mulyadi, yang dikonfirmasi Rabu kemarin, membenarkan kondisi warganya – Balita Aldi. Ayah Aldi kata Kadus, terpaksa meninggalkan anak satu-satunya karena terhimpit beban ekonomi. Ia bersama beberapa warga dusun, merantau ke Perkebunan sawit di Maluku.
Ia mengaku, saat ini Aldi belum tercatat sebagai penerima bantuan sosial. Berstatus anak piatu, Kadus pun berharap, Aldi mendapat atensi lebih meskipun dari sang Ayah – Diana. diketahui pernah menerima jatah BLT. Namun pihaknya belum mengetahui apakah kuota itu masih berlaku untuk Aldi.
“Kalau bantuan Dinsos untuk kategori anak terlantar, ndak dapat. Dibilang terlantar, memang dia dirawat nenek, tetapi tidak maksimal karena neneknya punya anak Balita seusia sama. Sehari-harinya dirawat bibinya yang masih duduk di bangku SD,” ujar Kadus.
Mulyadi ikut berharap adanya bantuan tak terduga untuk warganya ini. Sebab di usia Aldi, ia menyadari kebutuhan asupan gizi yang cukup sangat penting untuk menjaga tumbuh kembang si anak. (ari)