Mataram (Suara NTB) – Lalu Muhammad Wahidin adalah sosok yang sangat familiar bagi warga Lingkungan Ansor, Kelurahan Jempong Baru, Kecamatan Sekarbela Kota Mataram. Namanya lekat di masyarakat, karena gebrakannya mendukung pembangunan pemerintah Kota Mataram.
Siapa sangka, Miq Idin, panggilan dekatnya. Adalah seorang pengusaha sukses komoditas pertanian perkebunan, di Nusa Tenggara Barat.
Miq Idin dikenal sebagai kepala lingkungan yang berkarakter. ia rendah hati, terbuka menerima masukan, kritikan. Dan ia membaur dengan siapapun, tanpa mengenal suku, agama, ras, kelompok, maupun jabatan. Baginya, semua sama. Berdiri sama tinggi, duduk sama rendah dalam bersosial, bermasyarakat. Semuanya adalah kekuatan untuk membangun.
Sejak terpilih menjadi kepala lingkungan Ansor, nyaris ia jarang di rumahnya, di Jalan Zam-zam Raya Komplek Perumahan Royal Mataram. Pagi, siang, kadang sampai larut malam, ia ada di tengah-tengah masyarakat lingkungan Ansor untuk memastikan, ada pemasalahan apa, ada solusi apa, dan ada ide apa yang bisa dijadikan rujukan untuk membangun lingkungannya.
Lalu Wahidin lahir di Calabai, Kabupaten Dompu, 1 Desember 1977 lalu. Lahir di daerah transmigrant. Keluarga besarnya berasal dari Rarang, Kecamatan Terara, Kabupaten Lombok Timur. Di lingkungan Ansor ia memegang dua komplek perumahan besar. Yaitu, komplek Perumahan Elit Kota Mataram, dan komplek Perumahan Royal Mataram.
Di tanah kelahiran, suami Baiq. Liliana banyak belajar tentang segala hal. Boleh dibilang, Miq Idin adalah tokoh. Ia berkiprah dalam banyak hal di masyarakat. Ia juga dikenal sebagai pengusaha dan eksportir komoditas . Terutamanya jagung, dan mete.
Lalu Wahidin merintis karir usahanya dari menjadi buruh pasir, buruh kayu, menjadi jagal hewan ternak. Bekerja sebagai pekerja di salah satu perusahaan kayu terbesar di Nusa Tenggara Barat. Kemudian menjadi mekanik di perusahaan tambang, PT. Newmont Nusa Tenggara.
Tahun 2002, bapak tiga anak ini merintis menjadi pengepul biji mete di Dompu, sambil mengepul besi-besi tua. Tidak hanya mete, gabah, bawang merah, termasuk usaha sapi, semua ia usahakan. Komoditas itulah yang dikirim ke Jawa saat itu.
Nasib memang berpihak padanya. Usaha komoditasnya melesat. Ia juga menaungi 10.000 petani/pekebun yang menjual hasil pertanian/perkebunannya ke Lalu Wahidin. Komoditas yang dibelinya dikirim ke Surabaya, lalu diekspor ke Vietnam, India.
Dalam seminggu, ia bisa mengirim hingga 2.000 ton. Bisnisnya moncer. Lalu Wahidin memang bisnisman. Jaringan bisnisnya dari nasional, hingga luar negeri. Meskipun, ia lulusan sekolah otomotif.
Meski begitu, tidak selalu perjalanan bisnisnya mulus. Adakalanya, bisnisnya juga diuji. Salah satunya, tragedi tenggelamnya kapal pengangkut jagung miliknya. Dengan kapasitas 400 ton, hendak dikirim ke Jawa.
“Karena cuaca laut yang tidak bagus, kapal saya, beserta isinya tenggelam. Nilai kerugian jagungnya Rp1,3 miliar saat itu,” cerita Lalu Wahidin.
Meski begitu, bukan jiwa pengusaha namanya, jika nyali bisnisnya keok. Usaha komoditas ini terus ia lanjutkan. Hingga sekarang.
Lalu Wahidin membuka lapangan pekerjaan bagi sekian banyak orang. Termasuk di sebagian wilayah Kota Mataram dari usaha komoditasnya hingga saat ini. Terakhir, ia sudah berhasil menciptakan mesin pemecah biji mete satu-satunya di Indonesia, bahkan di dunia.
Mesin pemecah mete dengan teknologi sederhana ini adalah ide yang muncul ditengah era modern, praktik-praktik sederhana di masyarakat masih dilakukan dengan cara-cara konvensional.
“Kita ada di kehidupan modern, tapi kita masih menggunakan cara – cara lama sekedar untuk mengupas biji mete. Dari sana saya berfikir terus, lebih dari delapan bulan bereksperimen untuk bisa membuat mesin pemecah biji mete. Dan sekarang di Indonesia, hanya kita yang punya mesin ini. Bahkan di negara-negara lain, belum ada teknologi modern untuk memecah biji mete ini,” ujarnya.
Mesin pemecah biji mete ini sedang diperbanyak, agar biji mete yang akan dikirim bisa dikupas dalam waktu cepat dengan tingkat persentase kerusakan sangat kecil. Bahakan mesin pemecah biji metenya ini tengah dilirik pengusaha dari negara-negara pengolah biji mete.
Selain dikenal sebagai kepala lingkungan yang pandai memecahkan masalah, sebelum menjadi kepala lingkungan, Lalu Wahidin juga banyak mendapat kepercayaan dari warga. Dipilih menjadi RT, Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Baiturrahim Perumahan Royal Mataram, komite sekolah, dan sederet organisasi kemasyarakatan lainnya.(bul)