Mataram (Suara NTB) – Pada bulan Mei 2023, Gabungan Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mengalami inflasi sebesar 0,16% (mtm), searah dengan prakiraan sebelumnya dan menurun dibandingkan inflasi bulan April 2023 yang sebesar 0,38% (mtm).
Penurunan inflasi pada bulan Mei 2023 terpantau sejalan dengan normalisasi permintaan masyarakat pasca HBKN dan berbagai upaya pengendalian inflasi yang secara konsisten dilakukan melalui sinergi Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) se Provinsi NTB.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB, Heru Saptaji mengatakan, secara tahunan, inflasi Gabungan Kota di Provinsi NTB tercatat sebesar 3,90% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan Nasional yang sebesar 4,00% (yoy). Tekanan inflasi di Provinsi NTB yang terus menurun dan kembali pada rentang sasaran inflasi Nasional 3+1% (yoy) sejalan dengan program pengendalian inflasi TPID selama ini.
Bank Indonesia bersinergi dengan stakeholders menyelenggarakan Operasi Pasar Stabilisasi Harga (OPSH) secara intensif, melaksanakan Kerjasama Antar Daerah (KAD) berbagai komoditas strategis secara G to G yang melibatkan Kabupaten Lombok Utara (KLU), Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Bima, Kota Mataram, dan Kota Bima serta KAD B to B yang melibatkan Klaster Telur, Klaster Cabai, Kelompok Wanita Tani dan Koperasi Nelayan, serta melakukan gerakan tanam cabai sekaligus replikasi kampung tanggap inflasi (urban farming).
Lebih lanjut, kata Heru, tekanan harga pada bulan Juni 2023 diprakirakan akan sedikit melandai. Mencermati perkembangan Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan Bank Indonesia, potensi tekanan yang masih perlu diwaspadai utamanya pada komoditas pangan strategis, antara lain cabai rawit dan bawang putih akibat belum masuknya periode panen, serta tekanan harga daging dan telur ayam ras akibat kenaikan harga pakan.
Kendati demikian, menurut Heru, komoditas beras perlu menjadi perhatian khusus seiring dengan telah berakhirnya masa panen raya dan potensi terjadinya El Nino pada semester II 2023. Oleh karena itu, menurutnya, dalam rangka mendukung stabilitas inflasi diperlukan pelaksanaan OPSH yang lebih intensif khususnya untuk komoditas-komoditas pangan strategis, seperti cabai rawit, bawang putih, daging ayam ras, telur ayam ras dan beras. Selain itu, penyerapan beras oleh Bulog juga perlu lebih dioptimalkan terutama sebagai langkah antisipasi terjadinya fenomena El Nino.(bul)