Tanjung (Suara NTB) – Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Utara (KLU) tak menyangkal persoalan pengolahan sampah di 3 Gili khususnya Gili Trawangan menjadi masalah serius. Pasalnya, volume sampah belakangan ini meningkat. Sebaliknya, pengolahan sampah (reduce, reuse, recycle) masih minim di kisaran 10 sampai 12,5 persen dari volume sampah.
“Pascapandemi perkiraan volume sampah mengalami peningkatan antara 12-15 ton, sementara kemampuan memilah hanya 1 ton sampai 1,5 ton per hari,” ujar Kepala Dinas LH, Drs. Rusdianto, Jumat, 16 Juni 2023.
Ia mengklaim keluhan penanganan sampah dari sumber sudah bisa diminimalisir oleh KSM mitra Pemda. Hanya saja, dalam pengolahan di TPST diakui belum optimal.
Penumpukan sampah di TPST Gili Trawangan yang ada saat ini, ujarnya, adalah akumulasi sampah saat ini dan sampah eksisting masa lampau. Pasalnya, sejak dilakukan pembuangan di TPST, sampah terus menumpuk dan menggunung, serta tidak dibarengi dengan pemilahan yang berimbang.
Rusdi menyatakan, pihaknya membutuhkan dukungan prasarana berupa alat berat mini untuk mengeruk tumpukan sampah di lokasi tampungan sementara. Sebab, pengerukan dengan metode manual (tangan manusia) tidak akan maksimal. Selain itu, dirinya juga membutuhkan dukungan untuk menambah sumber daya (tenaga honorer) yang khusus memilah sampah di TPST.
“Yang sangat dibutuhkan adalah eksavator mini, tidak mungkin tumpukan eksisting kita bongkar secara manual kecuali ada bantuan alat,” tegasnya.
Rusdianto melanjutkan, penanganan sampah TPST dilakukan dengan menberdayakan KSM setempat. Namun demikian, ia mengisyaratkan bahwa perlu dilakukan evaluasi dan review atas kerjasama yang sudah dibuat.
“Kerjasama perlu ada reviu. Tertuang di izin operasional, ada beberapa kewajiban pengolah. Ini jadi perhatian kami sehingga pengolahan bisa optimalisasi,” pungkasnya. (ari)