Mataram (Suara NTB) – Universitas Mataram (Unram) menandatangani nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) bersama Murdoch University, Australia di Ruang Sidang Rektor Unram, pada Jumat, 16 Juni 2023.
Penandatangan MoU tersebut dilakukan oleh Rektor Unram, Prof. Ir. Bambang Hari Kusumo, M.Agr.St., Ph.D., bersama Associate Professor Martin Anda dari Murdoch University, Australia yang kemudian dilanjutkan dengan diskusi.
“Harapannya dengan kedatangan Murdoch University ke sini dapat membuka peluang kerja sama yang lebih besar, dan mendatangkan kebermanfaatan bagi masyarakat terutama di NTB,” tandas Rektor Unram ke-10.
Dalam diskusi yang dilakukan, dibahas rencana kerja sama antara Unram dengan Murdoch University di bidang riset dan akademik. Prof. Martin menjelaskan beberapa pusat bidang yang menjadi fokus universitasnya, seperti Pusat Ekosistem Perairan Berkelanjutan, Pusat Ilmu dan Keberlanjutan Ekosistem Terestrial, Pusat Air, Energi dan Limbah, serta Pusat Keamanan Hayati dan Satu Kesehatan. Di mana beberapa pusat bidang tersebut merupakan potensi bagi Unram untuk melakukan kerja sama yang relevan dengan Murdoch University.
“Ini merupakan suatu kehormatan bagi saya untuk dapat terlibat dalam projek yang akan kita kolaborasikan bersama. Terutama bagi kemajuan daerah NTB di masa yang akan datang,” ungkap Prof. Martin.
Prof. Martin menyebutkan jika NTB merupakan tempat yang sangat menarik, sehingga bekerja sama dengan Unram untuk melakukan riset-riset adalah pilihan yang tepat.
Kerja sama antara Unram dan Murdoch University diselenggarakan melalui Aliansi Iklim dan Lingkungan NTB yang merupakan kerja sama antara sektor publik (Provinsi NTB), sektor swasta diwakili oleh PT Eco Solutions Lombok dan akademisi diwakili oleh Unram dan Unham.
Konsorsium ini merupakan implementasi dari paradigma pembangunan yang dikenal dengan Triple Helix, di mana tiga kekuatan bersinergi yaitu Pemerintah, Kampus, dan Perusahaan Swasta.
Misi konsorsium tersebut adalah untuk mendorong pembangunan rendah karbon dan tahan iklim di Nusa Tenggara Barat, khususnya di kawasan Selat Alas, yaitu Lombok Timur dan Sumbawa Barat.
Kegiatan yang akan dilakukan oleh konsorsium ini dalam rangka pemenuhan target nol emisi NTB pada tahun 2050, yaitu 10 tahun lebih cepat dibandingkan wilayah Indonesia lainnya. (ron/*)