Selong (Suara NTB) – Harga garam di Kabupaten Lombok Timur (Lotim) masih cukup mahal. Penjual garam menjual Rp 12 ribu per kilogram. Sedangkan di sentra produksi garam, takaran 6 kg dijual seharga Rp 50-60 ribu. Diprediksi, harga garam ini bisa bertahan sampai dua bulan ke depan.
“Kita berharap harga garam ini tetap mahal,” ucap Sulhan, pedagang garam di Dusun Padak Desa Pijot Kecamatan Keruak menjawab Suara NTB, Jumat, 16 Juni 2023.
Diakuinya, petambak-petambak garam ini sudah mulai ada yang produksi. Akan tetapi, jumlah permintaan disebut masih cukup tinggi.
Bulan Agustus 2024 mendatang diprediksi baru harga garam ini akan kembali normal. Bagi pedagang garam, harga mahal ini tetap bertahan seterusnya. Pasalnya, garam ini mahal sekali dalam lima tahun. Garam lebih sering dijual dengan harga murah. Takaran 6 kg itu dulu dijual seharga Rp 10 ribu. Saat harga sekarang mahal, menjadi kesempatan bagi petambak dan penjual garam untuk menikmati hasil.
Mahalnya harga garam ini bertahan cukup lama. Dibandingkan dengan sebelumnya, harga sekarang dinilai paling lama. Hal ini disebabkan kondisi cuaca yang kurang berpihak kepada petambak. Petambak garam tidak bisa produksi hingga hampir 8 bulan terakhir.
Diakui, saat lonjakan harga garam di Lombok ini banyak garam luar berdatangan. Utamanya yang berasal dari Pulau Madura Provinsi Jawa Timur (Jatim). Garam dari Madura ini mudah dikenal karena menggunakan karung berwarna biru.
Meski diserbu garam Madura, garam lokal disebut tidak sampai kalah saing. Harga garam lokal pun tetap lebih mahal. Per karung dengan takaran paling besar bisa dijual Rp 750 ribu-1 juta. Sedangkan garam Madura dijual seharga Rp 450 ribu per karung.
Masyarakat Lombok sebutnya lebih senang konsumsi garam lokal dibanding garam Madura. Rasa garam Madura katanya lebih pahit. Beda dengan garam lokal yang diyakini jauh lebih enak. (rus)