Mataram (Suara NTB) – Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) kembali melaksanakan kegiatan Diseminasi Hasil Sayembara Cerita Anak Berbahasa Daerah Sasambo-Bahasa Indonesia Jenjang PAUD dan SD di Aula Cilinaya Kantor Bahasa NTB, Sabtu, 10 Juni 2023. Kegiatan yang diikuti oleh dewan juri, penulis, penerjemah, penelaah, dan ilustrator ini bertujuan untuk menelaah secara bersama-sama buku cerita yang telah melalui proses penyuntingan agar menghasilkan bahan bacaan yang berkualitas.
Kegiatan diawali dengan laporan ketua panitia, Toni Samsul Hidayat. Ia mengatakan, acara itu jadi momen untuk menelaah hasil karya agar menghasilkan karya yang lebih baik. “Kami harap semua penulis, penyunting, penelaah, dan ilustrator dapat hadir dalam kegiatan ini agar karya yang dihasilkan menjadi lebih sempurna,” ucap Toni.
Selanjutnya, Kepala Kantor Bahasa Provinsi NTB, Puji Retno Hardiningtyas memberikan sambutan sekaligus membuka acara secara resmi kegiatan ini. Menurutnya, kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan yang sangat penting dari kegiatan Sayembara Penulisan Cerita Anak Berbahasa Daerah.
Ia menambahkan hal ini merupakan pengalaman pertama Kantor Bahasa Provinsi NTB melaksanakan model sayembara yang secara utuh melibatkan penulis mulai dari tahap penulisan, penerjemahan, penyuntingan, ilustrasi, dan pencetakan buku cerita. “Tahapan-tahapan sayembara ini tentu saja memiliki kelebihan dan kekurangan. Akan tetapi, setelah melalui proses model baru ini, kita baru mengetahui bahwa di NTB ternyata memiliki talenta-talenta luar biasa di bidang penulisan cerita anak, penerjemahan, dan ilustrasi,” lanjutnya.
Masukan, kritikan, dan kekurangan dalam pelaksanaan kegiatan sayembara ini akan dijadikan bahan perbaikan untuk peningkatan kualitas sayembara di tahun-tahun berikutnya. Selain itu, tentu saja melalui kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan minat baca dan tingkat literasi di NTB.
Dalam penjelasannya, Puji Retno menyayangkan buku cerita berbahasa Mbojo dan Samawa masih sedikit. Naskah bahan bacaan yang terbanyak berasal dari bahasa Sasak, diikuti bahasa Samawa, dan hanya sedikit dari bahasa Mbojo. Ini menjadi catatan untuk sayembara berikutnya agar proporsi dari bahasa Mbojo dan Samawa dapat lebih ditingkatkan lagi. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah penulis dari Sasak, dapat menulis cerita dalam bahasa Samawa dan Mbojo dengan memanfaatkan penerjemah. Di akhir sambutannya, Puji Retno mengajak para peserta untuk fokus menelaah bahan bacaan untuk memperbaiki penulisan, ejaan, kaidah, dan ilustrasi yang masih belum sesuai.
Kegiatan dilanjutkan dengan presentasi dari masing-masing penyunting yang mewakili bahan bacaan berbahasa Sasak, Samawa dan, Mbojo. Kegiatan presentasi juga menampilkan bahan-bahan bacaan hasil sayembara untuk ditelaah bersama-sama. (ron)