PEREMPUAN-perempuan penenun di Sukarara, Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah memiliki perspektif yang berbeda tentang sampah, terutama sampah plastik. Limbah-limbah sampah plastik tidak dibuang percuma, seperti pada umumnya. Namun sampah plastik dijadikan kombinasi motif tenun.
Perempuan penenun yang tergabung dalam kelompok Mina Tenun Lombok Penenun Perempuan, kini sudah mengolah sampah plastik menjadi kerajinan tenun dengan berbagi kerajinan motif yang bernilai jual tinggi.
Ani Apriani Ketua kelompok Mina Tenun menuturkan ide mengolah sampah plastik menjadi barang kerajinan, berawal dari kesedihannya melihat sampah plastik kresek yang terbuang karena tidak memiliki nilai jual. Sehingga ia termotivasi membuat produk dari olahan plastik kresek menjadi kerajinan.
“Saya terinspirasi karena melihat sampah kresek ini yang tidak ada nilai jualnya sama sekali, semakin banyak sampah yang terbuang dalam keadaan bersih, makanya saya melihat peluang ini untuk memanfaatkan menjadi produk yang ada nilai jualnya,” ungkapnya.
Lebih lanjut Aini, mengungkapkan, Desa Sukarara merupakan desa yang mayoritas perempuan sebagai penenun, sehingga ia melakukan percobaan penenun dengan bahan baku sampah plastik kresek, meski awalnya para penenun mendapat kesulitan.
Dari olahan sampah plastik kresek, para perajin Mina Tenun juga sudah mampu membuat berbagai macam kerajinan, mulai dari tas, sarung bantal, Taplak Meja dan biasanya langsung dipesan dan dibeli oleh para wisatawan asing mulai dari Belanda, dan Singapura, yang suka dengan kerajinan dari daur ulang.
“Kita buat Dompet, sarung bantal, dan ada taplak meja, kiat pemasaran masih secara mandiri, ada wisatawan yang datang mereka langsung membeli barang ini, itu dari Belanda, Australia kebanyakan bule-bule dari Eropa, mereka membawa untuk jadi oleh-oleh keluarganya, karena orang bule senang banget sama recycle apalagi daur ulang sampah plastik mereka sangat tertarik” tuturnya.
Lanjut Ani, kelompok Mina Tenun memiliki 10 orang penenun. Satu orang mampu menghasilkan dua hingga tiga lembar tenun plastik kresek, dengan harga mulai Rp 100 ribu hingga Rp 175 ribu per lembar. Tergantung panjang dan lebar tenun, selanjutnya lembaran tenun dirajut menjadi berbagai kerajinan mulai tas , sarung bantal dan taplak meja. Selama seminggu Ani mampu menghasilkan dua hingga empat juta rupiah.
“Seminggu itu bisa dapat dua lembar, untuk pegawai tahu penenun itu ada sembilan orang, kalau kesulitan sih tidak ada, karena mereka basic-nya sudah menenun sehingga sangat mudah, namun saat membuat motif saja yang belum bisa dilakukan,” ucapnya.
Dalam sehari, Kelompok Mina Tenun menghabiskan 30 kantong plastik, dan satu produk jadi dijual mulai harga Rp50 ribu hingga Rp175 ribu rupiah.
Untuk pembuatan kain tenun plastik, pertama-tama, plastik dibersihkan, kemudian dipotong memanjang sekitar satu sentimeter secara manual lalu dirangkai menjadi pengganti benang. Untuk kain tenunan plastik satu meter persegi rata-rata dibutuhkan 30-35 sampah plastik. Selanjutnya di tenun, dan proses terakhir dirajut.
Penghasilan yang diperoleh oleh masing-masing anggota kelompok sekitar Rp240.000 dalam satu minggu.
Untuk mendukung dalam melestarikan lingkungan dengan menginisiasi kegiatan menenun plastik. PT, Pertamina Patra Niaga memberikan bantuan pengembangan tenun plastik, melihat plastik merupakan sampah yang paling banyak dijumpai terlebih pada sampah rumah tangga.
Keresahan akan semakin bertambahnya volume sampah yang akan mengganggu pemandangan serta lingkungan memunculkan ide ketua kelompok mina tenun untuk membuat tenun dari plastik.
“Program kampung tenun wanita di Desa Sukarara ini hadir sebagai komitmen kami PT Pertamina Patra Niaga DPPU BIL dalam menjaga dan melestarikan budaya. Perkembangan zaman yang begitu cepat mempengaruhi pola hidup dan konsumsi masyarakat yang nantinya akan berpengaruh terhadap kondisi budaya dan lingkungan,” ungkap I Nyoman Ana, Operation Head DPPU BIL.
Selain itu, PT Pertamina mendorong pengembangan desa Sukarara agar memiliki ciri khas tersendiri, salah satunya mengolah sampah plastik kresek menjadi tenun.
“Program ini kami desain dengan mendorong pengembangan Desa Sukarara yang memiliki ciri khas tersendiri, kami mengolah bahan sampah plastik sebab plastik merupakan sampah rumah tangga terbanyak yang kita temukan.Inovasi ini sebagai wujud aksi kami menjaga lingkungan seiring sejalan dengan menumbuhkan kehidupan ekonomi masyarakat,” pungkasnya.(bul)