Giri Menang (Suara NTB) – Balai Wilayah Sungai (BWS) Nusa Tenggara I memberikan peringatan kepada seluruh stakeholders pertanian agar lebih bijak memanfaatkan air. Mengingat, ketersediaan air dalam menghadapi musim kemarau berada dibawah normal. Jumlah bendungan di Provinsi NTB sebanyak 77 bendungan, terbanyak di Indonesia. Keterisiannya tiidak merata. Ada yang keterisian airnya dibawah normal, terutama di Pulau Sumbawa. Ada juga yang ketersediaan airnya pada level normal. Terutama di Pulau Lombok, sebagaimana dijelaskan Kepala BWS Nusa Tenggara I, Tampang, ST.,MT didampingi Kasi Operasi dan Pemeliharaan, Ni Putu Arianti, ST.,MT., di kantornya, Kamis (8/6) kemarin.
Sebagaimana diketahui, BMKG Stasiun Klimatologi Nusa Tenggara Barat mengeluarkan peringatan dini kekeringan. Peluang curah hujan <20. Peluang Curah Hujan dengan intensitas 50 100 mm/dasarian merata di seluruh wilayah NTB dengan peluang <10%.
Peringatan dini kekeringan meteorologis pada level SIAGA terdapat di Kabuoaten Lombok Tengah, (Kecamatan Janapria), Kabupaten Lombok Utara yaitu di wilayah Kecamatan Bayan), Kabupaten Lombok Timur (Kecamatan Sakra Barat, Sambelia, dan Terara), Kabupaten Sumbawa (Kecamatan Batulanteh dan Lape), Kabupaten Dompu (Kecamtaan Pajo), Kabupaten Bima (Kecamatan Lambu, Madapangga, Sape, dan Wawo).
Sedangkan peringatan dini kekeringan meteorologis pada level WASPADA terdapat di Kabupaten Lombok Tengah (Kecamatan Batukliang, Praya, dan Praya Barat), Kabupaten Lombok Timur (Kecamatan Jerowaru, Keruak, Sembalun dan Sikur), Kabupaten Sumbawa (Kecamatan Alas, Labangka, Labuhan Badas, Plampang, Rhee, dan Utan), Kabupaten Dompu (Kecamatan Dompu, Huu, Kempo, dan Kilo), Kabupaten Bima (Kecamatan Bolo, Donggo, Parado, Sanggar, dan Soromandi), Kota Bima (Kecamatan Raba dan Rasanae Timur). Masyarakat NTB dihimbau agar dapat menggunakan air secara bijak, efektif dan efisien.
Tampang menjelaskan, setiap tahun BWS Nusa Tenggara I juga melakukan persiapan jelang memasuki musim kemarau. Kita sudah melakukan koordinasi dengan BMKG. Dan setiap tahun kita menerima informasinya, kapan kita memasuki musim kemarau dan apa sifat musim kemaraunya, dan kapan puncaknya. Kita mencari juga kebutuhan airnya. Atas dasar itu kita membuat atau menyusun rencana alokasi air tahunan. Lalu kami simulasi dan optimasi berapa sih sebenarnya luasan yang bisa kita tanam dengan ketersediaan air yang kita miliki. Kapan tanamnya, dan jenis tanamannya apa, ujarnya.
Sehingga, antara kebutuhan air dan ketersediaannya menjadi berimbang. Tampang menambahkan, kondisi iklim tahun ini agak berbeda dari keadaan tiga tahun sebelumnya. Kalau sebelumnya kemarau agak basah. Kalua sekarang prediksinya memang elnino. Kemungkinan ketersediaan airnya dibawah normal, imbuhnya.
Terhadap ketersediaan air di bendungan ini, terutama di titik-titik yang ketersediaannya dibawah normal, Tampang mengatakan, pihkanya sudah melakukan koordinasi agar melakukan penghematan pemanfaatan air. Agar mampu bertahan hingga awal musim hujan berikutnya. Atas dasar itu, kebutuhan air harus mengikuti ketersediaan. Jangan sebaliknya, sektor pertanian mengutamakan kebutuhan/kepentingan. Agar tiidak lebih besar pasak dibanding tiang.
Temen-temen yang di Pertanian, tolonglah membuat program atau rencana, menyesuaikan dengan ketersediaan air. Kecuali menanam tidak membutuhkan air, katanya. Jangan sampai petani memaksa tanam untuk mengejar target produksi, sementara ketersediaan airnya terbatas. Dampaknya, bisa mengakibatkan kekeringan (puso). Ujungnya, BWS yang disalahkan. Jangan sampai seperti itu, mari bijak bijak saja memanfaatkan sumber daya air, demikian pesannya. (bul/*)
Beberapa bendungan besar di Lombok dan Sumbawa