Giri Menang (Suara NTB) – Krisis air bersih mulai mulai melanda sebagai daerah Lombok Barat (Lobar), menyusul musim panas sudah mulai terjadi di daerah ini. Bahkan, diperkirakan terdapat belasan ribu jiwa warga Lobar di lima kecamatan rawan dilanda krisis air akibat kekeringan.
Meski masalah klasik ini, tiap tahun melanda daerah Lobar. Sayangnya belum dibarengi penanganan serius. Buktinya, BPBD sebagai OPD yang menangani masalah bencana sampai saat ini belum punya kendaraan tangki air untuk mendistribusikan air ke daerah terdampak kekeringan.
Kepala Pelaksana BPBD Lobar, Syahrudin mengatakan salah satu dusun di wilayah Lembar mengalami krisis air. Dan ia diminta untuk menyuplai air ke daerah itu. Pihaknya pun menindaklanjuti dengan meminta agar pihak desa bersurat sebagai dasar pihaknya mendiskusikan air. “Baru ini saja yang melapor, kalau daerah lain belum,” ungkapnya, Jumat, 9 Juni 2023.
Pihaknya sudah berkoordinasi dengan kepala bidang yang menangani kekeringan agar mengambil langkah pro aktif dengan bersurat ke desa-desa yang diidentifikasi rawan kekeringan. Minimal kata dia, ada langkah persiapan dari BPBD untuk droping air. “Dimana titik-titik itu, surati aja kades- kadesnya, untuk mengingatkan,” ujarnya.
Sebab kalau permintaan airnya mendadak, sehingga belum bisa dipenuhi langsung oleh BPBD. Sebab butuh waktu dua hari atau tiga hari untuk suplai air, karena perlu koordinasi dengan PDAM, Bank NTB Syariah dan pihak terkait yang biasa membantu menyuplai air.
Apalagi pihaknya tidak punya sarana prasarana yang memadai. Bahkan untuk kendaraan tangki air saja, BPBD tidak punya. “Ndak ada kendaraan tangki kita, hanya kita koordinasi untuk penanganan (droping) air,”jelasnya.
Pihaknya juga tidak ada tandon untuk drop air, sehingga pihaknya pun sudah berkoordinasi dengan provinsi untuk minta bantuan. Yang ada kendaraan pick up untuk droping air, namun kondisinya pun sering ngadat.
Dengan kondisi mulai masuk musim panas ini, pihaknya pun mulai pusing memikirkan bagaimana melakukan langkah penanganan. Yang dipikirkan, persoalan pihaknya tidak punya peralatan. “Kalau punya alat mungkin agak enak untuk droping,” iImbuhnya.
Sementara kalau berharap dari APBD tidak ada anggaran. Karena anggaran untuk droping air tidak ada. Itu nanti disiasati dengan pengajuan melalui anggaran BTT. Untuk pengadaan alat ini, pihaknya sudah minta melalui BTT. Namun tidak boleh dipergunakan untuk pengadaan.
Pihaknya juga meminta ke DPRD agar pokir nya bisa diarahkan untuk pengadaan kendaraan dan alat. Beberapa dewan pun merespon. “Kami minta ke Dewan untuk pengandaan kendaraan dan alat, ada rekan Dewan yang respons,” ujarnya.
Berdasarkan data BPBD Lobar, terdapat 13.630 warga terdampak. Titi-titik kekeringan itu terdapat di lima kecamatan dan 12 desa. Ke-12 desa itu tersebar di Kecamatan Sekotong, Lembar, Gerung, Kuripan, dan Batulayar.
Di Kecamatan Lembar ada sekitar 1.844 jiwa yang berpotensi kekurangan air. Kemudian di Desa Giri Sasak, Kecamatan Kuripan dengan 1.702 penduduk, dan 1.588 warga di Desa Sekotong Tengah, Kecamatan Sekotong. Sehingga total ada 13. 630 warga yang terdampak kekeringan. Titik-titik itu sudah ditetapkan sebagai lokasi status siaga darurat bencana kekeringan.(her)