Pencegahan dan Penanganan Stunting Secara Pentahelix

Mataram (Suara NTB) – Penurunan kasus stunting di Kota Mataram melambat dari angka 17,13 persen menjadi 15,6 persen. Pencegahan dan penanganan harus dilakukan secara pentahelix. Sosialisasi dan edukasi perlu dimasifkan dengan kolaborasi dan kerjasama lintas sektoral mulai dari lingkungan keluarga.

Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kota Mataram, Muhammad Carnoto,  penurunan angka stunting di Kota Mataram tahun 2023 mengalami pelambatan dari 17,13 persen menjadi 15,6 persen. Pihaknya melakukan upaya percepatan dan salah satunya adalah rapat bersama Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Masyarakat Setda Kota Mataram Lalu Martawang serta lintas sektor terkait untuk membuat buku pedoman percepatan penurunan angka stunting.

Pedoman ini sebagai rujukan agar sama-sama menekan kasus stunting sehingga di tahun 2024 target percepatan mengalami penurunan menjadi 14 persen. “Kita membuat buku pedoman sebagai panduan menangani stunting di Kota Mataram,” kata Carnoto dikonfirmasi, Selasa, 30 Mei 2023.

Secara akumulasi stunting di Mataram tersisa 3.999 kasus. Carnoto menambahkan, masing – masing organisasi perangkat daerah telah turun melakukan pembinaan di kelurahan dan posyandu. Pasca jambore PKK akan dipertajam kembali buku pedoman percepatan penanganan stunting bisa dipercepat. Konsep penanganan stunting bukan diserahkan kepada satu organisasi perangkat daerah (OPD) saja, melainkan secara pentahelix. Pihaknya melibatkan dunia usaha, akademisi, dan lain sebagainya. “Termasuk dari sisi pencegahannya kita bersama-sama dengan lintas sektor lainnya,” terangnya.

Pihaknya mengedepankan pencegahan sehingga sifatnya menggerakkan tim pendamping keluarga, tenaga kesehatan, dan kader posyandu. Satu tim pendamping keluarga pendamping keluarga memastikan bahwa keluarga stunting dan ibu hamil serta beresiko itu didampingi sampai pelayanan kesehatannya. “Dalam pemeriksaan kesehatannya minimal 8 kali sehingga tidak melahirkan anak stunting,” jelasnya.

Anak telah stunting dilakukan penanganan secara spesifik dengan intervensi yang spesifik termasuk melibatkan Dinas Kesehatan Kota Mataram. Anggaran dialokasikan untuk makanan tambahan bagi balita. Carnoto mengatakan, pencegahan dan penanganan kasus stunting harus dimulai dari akar rumput. Sosialisasi dan edukasi tentang makanan bergizi harus dimulai dari lingkungan keluarga. (cem)

RELATED ARTICLES









Digital Interaktif.

Edisi 1 Januari 1970

Gandeng ITS Surabaya, Pemda KSB Mulai Penyusunan Dokumen RIPIK

0
Taliwang (Suara NTB) - Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) saat ini mulai menggagas persiapan penyusunan Rencana Induk Pembangunan Industri Kabupaten (RIPIK). Dalam menyusun dokumen...

Latest Posts

Gandeng ITS Surabaya, Pemda KSB Mulai Penyusunan Dokumen RIPIK

Taliwang (Suara NTB) - Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB)...

1.363 Kepala Keluarga di KSB Terdampak Kekeringan

Taliwang (Suara NTB) - Bencana kekeringan di Kabupaten Sumbawa...

Perubahan Jam Kerja ASN Sebaiknya Dipatenkan

Mataram (Suara NTB) – Wakil Ketua Komisi I DPRD...

Diperiksa, Penggunaan Senpi Anggota Polres Harus Sesuai Prosedur

Tanjung (Suara NTB) - Kepolisian Resor Lombok Utara, kembali...

Hari Ini, Fathurrahman Dilantik sebagai Pj Sekda NTB

Mataram (Suara NTB) – Penjabat (Pj) Gubernur NTB Drs....

ARTKEL ACAK

Halaqoh Diniyah Unisma Bersama Gus Muwafiq Mahasiswa baru

0
Malang (suarantb.com) Universitas Islam Malang (Unisma) pada acara Halaqah Diniyah mendapat bekal wawasan dari KH. Ahmad Muwafiq. Kamis, 21 September 2023, ulama kharismatik yang...

Warga di Pulau Maringkik Mesti Ada Perlakuan Khusus

0
Warga yang ada di Pulau Maringkik Kecamatan Keruak, Kabupaten Lombok Timur (Lotim) merupakan satu-satunya desa yang ada dalam satu pulau di wilayah administratif Gumi...

PPP NTB Tetap Solid Dukung Ganjar Siapapun Cawapresnya

0
Mataram (Suara NTB) – Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Provinsi NTB menyatakan solid untuk mendukung penuh Ganjar Pranowo sebagai capres di...

Kolom