Giri Menang (Suara NTB) – Herman (55), seorang buruh pembuat bata merah asal Kuripan Lombok Barat menjadi jamaah haji tahun 2023 ini. Dengan segala keterbatasan ekonominya itu Herman sudah lebih dahulu mendaftarkan dirinya pada tahun 2011 lalu. Menjadi salah satu orang yang keberangkatanya tertunda lantaran Covid-19 yang menghantui seluruh dunia, Herman pun tertunda selama dua tahun.
Namun karena diprioritaskan pemerintah, tahun ini ia mendapatkan kuota haji Lombok Barat (Lobar) dan akan berangkat pada 8 juni 2023 ini. Untuk melunasi pembayaran haji, Herman menabung selama 4 tahun, dengan bantuan tiga anaknya dan akhirnya bisa melunasi ongkos haji. Dia mengaku menabung jika punya uang lebih dari hasil pembayaran batanya.
“Karena kita kan bukan pemiliknya tapi kulinya makanya tidak bisa berbuat lebih, kalaupun ada untung sedikit kita kita hanya bisa nabung 100 ribu dari penghasilan penjualan,’’ aku Herman. Ia mulai menjadi kuli pembuat batu bata sejak ia menikah dengan istrinya dan menggeluti profesi tersebut. Saat tak ada yang membeli batanya ia mengaku menjadi seorang pengojek untuk menunjang pendapatannya.
“Kalau dibilang cukup harus kita cukupkan. Tapi alhamdulillah saya juga bisa menunaikan haji lewat batu bata ini,” katanya. Dalam setiap 1.000 bata, herman mengaku di hargai sebanyak Rp 500 ribu, namun ia mampu membuat 5 ribu bata kurang dari sebulan. Tetapi, jika batanya belum ada yang beli, ia tetap mendapatkan upah dari bosnya.”Mau laku atau tidak tetap dibayar, tergantung pesanan juga. Kalau lagi banyak orderan kita bisa dapat Rp3 juta perbulannya,” akunya.
Kemudian kata Herman, pada tahun 2014 juga mendaftarkan istrinya untuk menunaikan rukun Islam terakhir itu. Ia berharap bisa berangkat dengan istrinya, namun tentunya dengan ketentuan keberangkatan berdasarkan nomor porsi tentu tak akan bisa.”Saya sisihkan untuk daftar istri pada tahun 2014 itu, tapi karena keberangkatannya berdasarkan nomor porsi jadi gak bisa,’’ jelasnya. (her)