NAMA Ahmad Munjizun, mendadak viral di dunia maya setelah video penganugerahan gelar doktor di North Carolina University, salah satu universitas ternama di Amerika Serikat beredar luas di media sosial. Bagaimana tidak, untuk bisa menyandang gelar S3 di universitas tersebut bukanlah perkara mudah. Namun semua kesulitan tersebut berhasil dilalui oleh lajang asal Desa Batunyale, Kecamatan Praya Tengah, Lombok Tengah (Loteng) ini.
Di mata orang tuanya, sosok Munjizun merupakan anak yang penurut, mandiri, cerdas serta kaya prestasi. “Sejak SD sampai di Madrasah Aliyah (MA), Munjizun selalu jadi juara kelas,’’ ujar M. Hajazi Umar, ayah Munjizun, kepada Suara NTB, saat ditemui di rumahnya, Senin, 29 Mei 2023.
Anak ke empat ini dari pasangan M.Hajazi Umar dan Ayunanti ini lahir di Desa Batunyale pada 12 April 1992. Sejak kecil semangat kerja keras dan mandiri sudah tumbuh dalam diri Munjizun kecil. Dari sekian saudaranya, Munjizun bisa dikatakan yang paling penurut serta rajin. Tidak jarang, pekerjaan yang semestinya dikerjakan oleh kakak-kakaknya dikerjakan olehnya.
Tidak jarang pula, Munjizun membantu pekerjaan adik-adiknya. Seperti memandikan dan memberikan makan kuda serta hewan ternak peliharaan lainnya. Hal itulah yang kemudian menumbuhkan kecintaannya pada hewan terutama kuda. Bahkan, Munjizun memiliki kuda tunggangan sendiri.
Munjizun pun dulu sering mengikuti balapan kuda yang ditekuninya sejak SD sampai remaja. ‘’Jadi dulu waktu kecil, Munjizun sering jadi joki dan kerap ikut balapan kuda,’’ tutur M. Hajazi.
Selepas menyelesaikan pendidikan menengah atas di MAN 1 Praya, Munjizun melanjutkan pendidikan di Universitas Mataram (Unram). Kala itu ia mengambil Fakultas Keguruan, Jurusan Matematika. Karena kegemarannya memang pada pelajaran Matematika. Namun nasib berkata lain, Munjizun justru diterima di Fakultas Peternakan, yang merupakan pilihan keduanya.
Saat menjelang akan menyelesaikan kuliah S1-nya, Munjizun mengikuti program magang di Australia selama sekitar tiga bulan. Pulang dari magang, ia kemudian menyelesaikan skripsinya untuk persiapan wisuda. Selepas wisuda ia memutuskan melanjutkan studi magister (S2) ke Australia, bermodalkan bea siswa yang diterimanya.
Usai menyelesaikan studi magister tahun 2019, Munjizun sempat pulang ke Lombok Tengah. Sembari mempersiapkan diri untuk melanjutkan studi doktor di Amerika Serikat. “Sebenarnya ia sempat ditawari S3 di Australia. Tapi lebih memilih di Amerika. Dan, pada awal tahun 2020 sebelum pandemi Covid-19, Munjizun berangkat ke Amerika,” tambah Ayunanti, ibu Munjizun.
Selama menempuh pendidikan tinggi di luar negeri, bisa dibilang Munjizun tidak pernah meminta uang ke orang tuanya. Semua kebutuhan hidup serta biaya kuliah ditutupi dari bea siswa diperolehnya. Bahkan terkadang Munjizun mengirimi uang untuk adik-adiknya di rumah.
“Jiwa dan semangat inilah yang paling menonjol dari Munjizun,” imbuhnya dengan mata berkaca-kaca mengenang sang anak. Kelebihannya jug, Munjizun termasuk anak yang cepat belajar.
Selama di luar negeri, Munjzun terbilang jarang pulang. Karena fokus menyelesaikan studi. Dan , sekarang ia sudah menyelesaikan studinya. ‘’Pencapaian ini tentu jadi kebanggaan kami keluarga. Dan, semoga bisa menginspirasi generasi muda di daerah ini,’’ harapnya. (kir)