Mataram (Suara NTB) – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTB, Drs. Wahyudin, MM menegaskan, terhentinya ekspor konsentrat hasil pertambangan PT. Amman Mineral Nusa Tengga (AMNT) di Batu Hijau, Kabupaten Sumbawa Barat tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi NTB.
Diketahui, izin ekspor hasil pertambangan PT. AMNT sudah berakhir per Maret 2023. Saat ini pemerintah sedang merumuskan kebijakan untuk itu. Dengan tidak adanya ekspor hasil tambang perusahaan pengganti PT. Newmont Nusa Tenggara ini, catatan ekspor NTB menjadi anjlok. Wahyudin usai menggelar sosialisasi Sensus Pertanian di Mataram, Selasa, 29 Mei 2023 mengatakan, pada April dan Mei 2023 ini belum ada kegiatan ekspor hasil pertambangan PT. AMNT. Mengingat berakhirnya izin ekspor hasil tambang dalam bentuk ro material (barang setengah jadi).
“Mereka (AMNT) masih menunggu izin untuk ekspor,” jelas Wahyudin. Kendati demikian, bukan lantas tidak ada aktivitas pertambangan sama sekali. Proses penambangan tetap berjalan dan memanfaatkan gudang-gudang penampungan untuk konsentrat. Sembari menunggu izin ekspor diterbitkan oleh pemerintah. “Begitu ada izin ekspor, mereka langsung kirim. Dan ada permintaan,” imbuhnya.
Wahyudin yang baru kembali dari Batu Hijau untuk melakukan pertemuan dengan manajemen PT. AMNT, sekaligus meninjau progress pembangunan smelter menambahkan, penghentian ekspor konsetrat ini tidak terlalu berdampak terhadap perekonomian NTB. Kenapa? Yang terhenti sementara adalah aktivitas ekspornya. Hasil pertambangan sementara ini masuk inventory (persediaan). Sementara proses produksi tetap berjalan. Yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah aktivitas produksi.
“Nah, yang perlu kita lihat sekarang adalah produksinya menurun, atau bertambah dari sebelumnya. Otomatis nanti akan berpengaruh terhadap perekonomian kita,” ujarnya. Diketahui komposisi ekspor NTB didominasi oleh ekspor hasil pertambangan yang mencapai 99 persen. Sementara 1 persennya adalah hasil ekspor non tambang.
Berdasarkan catatan terakhir BPS Provinsi NTB, nilai ekspor pada Bulan April 2023 sebesar US$ 6,65 juta, mengalami penurunan sebesar 95,55 persen dibandingkan Bulan Maret 2023. Jika dibandingkan Bulan April 2022 mengalami penurunan 98,16 persen. (bul)