Bima (Suara NTB) – Pengiriman sapi Bima ke luar daerah ternyata tidak hanya meningkatkan pendapatan para peternak saja. Namun juga menguntungkan bagi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bima.
Pasalnya dari pengiriman sapi terutama ke wilayah Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi (Jabodetabek) tersebut, berhasil menyumbang pendapatan asli daerah (PAD) antara Rp800 juta sampai dengan Rp1 miliar.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Diskeswan) Kabupaten Bima, Ir. Indra Jaya mengatakan penjualan sapi diluar daerah mendongkrak PAD Kabupaten Bima. Sebab satu ekor sapi yang dikirim, masuk ke kas daerah sebesar Rp67.000.
“Sapi-sapi yang dikirim keluar daerah, masuk juga ke PAD. Satu ekor dihitung Rp67.000,” ujarnya.
Lebih lanjut Ia, mengaku dari jumlah sapi yang dikirim sampai saat ini, potensi PAD yang diperoleh bisa mencapai Rp800 juta, bahkan sampai menembus Rp1 miliar. Jika dibandingkan tahun lalu, jumlah pendapatan yang didapat dari pengiriman sapi tahun 2023 lebih banyak.
“Tahun lalu, PAD hanya Rp400 juta. Tahun 2023 ini naik 30 persen atau mencapai Rp800 sampai dengan Rp1 miliar,” katanya.
Indra Jaya menyebutkan jumlah sapi yang akan dikirim ke wilayah Jabodetabek kurang lebih 14.500 ekor. Jumlah itu berdasarkan kuota yang disetujui oleh Gubernur NTB. Namun jumlah itu diprakirakan akan bertambah, menyusul banyaknya permintaan.
“Pengiriman sapi ke Jabodetabek bisa mencapai 20.000 ekor dari kouta 14.500 ekor yang ditetapkan Gubernur,” sebutnya.
Ia menambahkan untuk harga jualnya rata-rata berkisar Rp25 juta per ekor. Menurut Indra Jaya harga tersebut naik dua kali lipat ketimbang penjualan di dalam daerah, yang harganya hanya berkisar antara Rp8 juta sampai dengan Rp10 juta per ekor.
“Menjelang hari raya kurban, sapi dari Bima cukup laris di luar daerah meski harganya jualnya mahal,” katanya.
Meski demikian ada kendala dan tantangan yang dihadapi oleh para peternak terutama saat proses pengiriman. Karena pengangkutan ternak dari Bima menuju daerah tujuan kerap kali terganggu jadwal kapal yang tidak menentu.
Ia berharap Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB kedepan, memfasilitasi pengangkutan hewan dari Bima sampai ke Pelabuhan Poto Tano Kabupaten Sumbawa Besar (KSB) supaya proses pengiriman sapi sampai ke Jabodetabek berjalan lancar tanpa ada kendala.
“Pengiriman dan penjualan hewan ternak ini bisa mendongkrak IPM kita. Menekan angka kemiskinan dan membuka lapangan kerja baru,” pungkasnya.
Peternak Sapi Bima, Muhsinin mengaku sejak dua tahun terakhir, membawa sapi untuk dijual ke wilayah Bogor. Namun tahun ini, jumlah sapi yang dibawa lebih banyak ketimbang tahun lalu. Hal itu, karena peminat sapi Bima cukup banyak.
“Ketimbang tahun lalu, tahun ini kita membawa sapi dari Bima cukup banyak karena memang peminatnya juga banyak,” katanya via telepon.
Ia mengaku, rata-rata yang membawa sapi ke wilayah Bogor melalui jalur darat tersebut merupakan pemilik atau peternak langsung. Termasuk juga yang ke wilayah Bekasi, Bandung, Tangerang dan Jakarta. Mereka menjual sapi yang dibawa secara langsung tanpa perantara.
“Peternak langsung yang datang menjual sapinya ke sini,” katanya.
Ia mengaku setelah tiba di Bogor, yang menjadi daerah tujuan, para peternak membangun kandang untuk merawat sapi yang akan dijual Dalam kandang itu, terdapat belasan los yang diisi oleh 4 peternak yang memiliki sapi 60 ekor, 20 ekor, 16 ekor, 10 ekor hingga 2 ekor.
“Kandang kita bangun sendiri, pakannya juga kita bawa dari Bima. Hanya lahan saja yang kita sewa disini,” katanya.
Ia mengaku harga sapi yang dijual bervariatif, tergantung kondisi postur tinggi dan rendah serta bobot sapi. Namun sapi yang termurah harganya Rp15 juta per ekor. Sedangkan harga yang paling tinggi berkisar Rp34 juta per ekor.
Sementara dijual di wilayah Bima harganya hanya berkisar antara Rp12 juta sampai dengan Rp13 juta per ekor.
“Harga sapi yang dipatok sesuai postur dan bobotnya. Bisa Rp15 juta, bisa juga sampai Rp34 juta per ekor,” katanya.
Muhsinin menambahkan, para peternak langsung didatangi oleh pembeli di kandang Mereka (pembeli) minat membeli sapi dari Bima karena banyak keunggulan jika dibandingkan sapi dari Kupang dan Bali. Salahsatunya daging Sapi Bima tidak banyak lemak.
“Diminati karena kualitas dagingnya. Hal itu karena sapi Bima dilepasliarkan. 6 bulan sebelum dijual, akan ditangkap dan dipelihara agar jinak,” katanya.
Kabid Agribisnis Peternakan Disnakeswan Kabupaten Bima, Rusdi Idris SE mengakui animo masyarakat Jabodetabek untuk membeli sapi dari Bima cukup tinggi jika dibandingkan daerah lain. Hal ini dikarenakan sapi Bima memiliki kualitas daging yang cukup baik.
“Memang sapi Bima banyak diminati warga Jabodetabek terutama saat menjelang idul adha,” katanya.
Ia menjelaskan, daging sapi Bima dinilai padat dan tidak mengandung banyak lemak. Minat dan ketertarikan sapi Bima terbukti dengan tidak pernah dipulangkan kembali setiap kali pengiriman. Bagikan ribuan ekor sapi yang telah dikirim, tetap semuanya terjual.
“Tidak ada cerita sapi Bima, tidak laku. Terbukti sapi yang dikirim ke Jabodetabek selama ini tidak ada yang dipulangkan kembali ke Bima,” pungkasnya. (uki)