Mataram (Suara NTB) – Penurunan kasus stunting di Kota Mataram mengalami pelambatan. Intervensi penanganan melalui pemberian obat untuk membantu tumbuh kembang. Selain itu, pasien harus dirujuk ke rumah sakit untuk ditangani oleh dokter spesialis.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram, dr. H. Usman Hadi menjelaskan, pembahasan tentang penanganan stunting melibatkan rumah sakit dan ahli gizi di Kota Mataram. Penurunan kasus diakui mengalami pelambatan dari sebelumnya 17,1 persen menjadi 15,66 persen atau tersisa 3.999 balita stunting. “Iya, kita ada pelambatan penurunan kasus stunting,” kata Usman dikonfirmasi, Selasa, 23 Mei 2023.
Walikota Mataram H. Mohan Roliskana kata Usman, mengharapkan penurunan kasus stunting di tahun 2023 mencapai 14 persen. Pihaknya memiliki pedoman dari Kementerian Kesehatan yakni percepatan penanganan balita stunting untuk melayani gizi buruk.
Menurutnya, stunting sebagai penyakit sehingga perlu pengobatan. Salah satunya adalah pengadaan makanan atau susu untuk tumbuh kembang. Pemberian susu ini dikhususkan bagi anak-anak yang mengalami stunting, komplikasi seperti gizi kurang maupun kursus. “Kalau yang lain tidak diberikan susu untuk tumbuh kembang,” terangnya.
Pemberian makanan tambahan atau susu tumbuh kembang ditargetkan bagi 600 balita berusia 6-12 bulan dan usia 1-2 tahun. Pada anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) 2023 telah dialokasikan anggaran Rp1 miliar.
Pasca pemberian susu tambahan diwajibkan anak yang stunting dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan dari dokter spesialis anak. “Kita sudah pesan melalui e-katalog untuk pengadaan susu,” ujarnya. (cem)