Mataram (Suara NTB) – Jumlah ternak dari Pulau Sumbawa, terutama dari Kabupaten Bima yang dikirim ke luar daerah melalui Pelabuhan Lembar, Lombok Barat (Lobar) Â meningkat. Mencermati kondisi ini, Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah bersama tim yang terdiri dari instansi lintas sektor mencari solusi untuk memperlancar pengiriman ternak tersebut.
Dalam rapat yang dihadiri Kadis Perhubungan NTB, H.L.Moh. Faozal, S.Sos.M.Si, Kadis Peternakan drh. Khairul Akbar, utusan dinas terkait dari Kabupaten Bima serta Biro Hukum, pihak Kepolisian, TNI, Pelindo, ASDP, pengusaha kapal, pengusaha ternak dan pemangku kepentingan lainnya.
Gubernur dalam kesempatan itu menyampaikan keyakinannya bahwa kendala pengiriman ternak dari NTB ke luar daerah akan menemukan solusi. ‘’Insya Allah akan ketemu solusi terbaik,’’ ujar Gubernur optimis, Senin, 22 Mei 2023.
Menurut Gubernur, Â meningkatnya jumlah ternak yang dikirim ke Jabodetabek patut disyukuri. Pasalnya, tahun ini peningkatannya mencapai dua kali lipat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
‘’Kalau ini lancar peternak dan pedagang ternak kita akan memperoleh untung yang lumayan dengan terbuka dan semakin pahamnya pedagang-pedagang kita pada pasar Jabodetabek. Insya Allah masalah tahun ini akan jadi pembelajaran penting untuk tahun-tahun mendatang,’’ katanya.
Sementara dilaporkan dari Pelabuhan Gili Mas, Lembar, Lobar, puluhan truk sapi asal Pulau Sumbawa masih tertahan di Lembar hingga Selasa, 23 Mei 2023. Sebagian berada di Pelabuhan Gili Mas menunggu pemberangkatan, dan sebagian lagi ditampung di terminal Segenter Lembar. Memasuki sepekan lebih antre, Â setidaknya 20 ekor sapi diduga mati akibat mengalami dehidrasi.
Ditemui di Terminal Segenter, Mashullah peternak asal Bima menuturkan, sudah mengantre selama dua hari di Terminal Segenter. Sejauh ini, belum ada kepastian kapan ternak-ternaknya akan diangkut. Namun ia sudah membeli tiket seharga Rp3,5 juta per unit truk.
Kendala yang dihadapi selama antrean di lokasi, stok rumput terbatas, air minum dan kondisi panas menyebabkan ternak kekurangan air atau dehidrasi. ‘’Akibatnya ada sekitar 20 an ekor yang mati, ada sebagian yang disembelih dan sebagian  dibuang,’’ katanya.
Kalau dihitung harga satu ekor ternak dan ongkos kirim mencapai rata-rata Rp20-40 juta, tergantung ukuran ternak. Maka diperkirakan peternak merugi puluhan hingga ratusan juta rupiah. ‘’Bayangkan kalau satu ekor itu harga dan biayanya Rp20-30 juta, berapa kerugian kami,’’ imbuhnya.
Ia pun berharap agar pemerintah segera melakukan langkah menambah armada kapal, untuk mengangkut ternak. Sejauh ini baru ada dua kapal pengangkut ternak. Sedangkan jumlah truk yang mengangkut ribuan ternak. Bahkan jumlah ini terus bertambah karena truk pengangkut ternak dari Pulau Sumbawa terus berdatangan . “Truk pengangkut ternak ini terus datang ke sini,masuk tiap hari”ujarnya. Kondisi ini menyebabkan antrian truk terus bertambah dan menumpuk.
Peternak lain asal Bima Herli, juga sangat berharap agar ternak segera diangkut meminimalisir antrean di Pelabuhan Gili Mas. “Kalau bisa segera tambah armadanya (kapal),’’ harap dia. Diakuinya, kendala pasokan air untuk minum ternak minim sehingga menyebabkan ternak banyak mengalami dehidrasi. ‘’Kalau pakan ada kami bawa, tapi cukup untuk kebutuhan tiga empat hari,’’ imbuhnya.
Manager Non Peti Kemas Pelindo Lembar, Wawan Abiyono, mengatakan kemungkinan kapal pengangkut akan datang, kemudian pada Rabu dini hari (hari ini) , dimuat 50 truk. Di Pelabuhan Penyeberangan ASDP, kata dia, ada kapal yang bisa memuat truk-truk sapi tersebut, namun tidak semuanya.
Karena yang menyeberang dari Pelabuhan Lembar rata-rata adalah kapal penumpang yang sifatnya kedap, bukan khusus untuk sapi. “Kalau yang di penyeberangan (Pelabuhan ASDP) itu memang volumenya kecil, tapi bisa tiap hari, paling volumenya (kapasitas muat) 10 truk.,’’ katanya.  (her)