Mataram (Suara NTB) – Pembangunan Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) di Tempat Pembuangan Akhir Regional (TPAR) Kebon Kongok, Lombok Barat (Lobar) memasuki tahap akhir. Fasilitas itu merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mengolah sampah menjadi produk yang bernilai. Salah satunya menjadi bahan bakar untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jeranjang.
Pembangunan TPST tersebut akan menghasilkan bahan bakar refused derived fuel (RDF) yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pencampur batubara pada PLTU atau sebagai bahan bakar lainnya.
Kepala TPA Regional Kebon Kongok Radyus Ramli mengatakan, kapasitas yang dapat diinput pada TPST tersebut hanya sekitar 120 ton sampah per hari. Sedangkan jumlah sampah yang dikirim ke TPA Kebon Kongok yaitu sekitar 300 ton setiap hari. Itu artinya, masih ada sekitar 200 ton sampah yang akan kembali ke landfill atau tempat pembuangan sampah.
“Itu masih lumayan banyak sisanya, sekitar masih ada 200 ton itu yang masuk ke landfill,” sebut Radyus Ramli kepada Suara NTB Rabu, 24 Mei 2023.
Untuk mengupayakan hal itu, sebagai program jangka panjang, Ramli berharap bisa membangun kerja sama dengan salah satu perusahaan yang akan membantu TPST meningkatkan produksi. Sehingga nanti, kapasitas yang dapat diinput di TPST Kebon Kongok mencapai 300 ton per hari.
“Jadi kalau mereka bisa insert teknologinya masuk ke dalam TPSP ini, maka bisa di upskill TPSP Kebun Kongok ini sampai 300 ton per hari,” sebutnya.
Ia menjelaskan, sambil menunggu hasil kerja sama tersebut, sebagai upaya untuk mengurangi landfill di TPAR Kebon Kongok, Kementerian PUPR juga akan membangun TPST di beberapa lokasi, misalnya di Sandubaya yang akan dikelola oleh pemerintah Kota Mataram dengan kapasitas 50 ton per hari.
“Insya Allah pembangunannya akan berlangsung akhir tahun nanti,” kata Ramli. Selain itu, Kementerian PUPR juga mendorong beberapa TPST yang ada di Lombok Barat guna mengurangi beban di TPST Kebun Kongok.
Sedangkan, rencana commissioning atau uji coba TPST ini pada bulan Juni mendatang, sebab berdasarkan informasi, kontrak terakhir dengan kontraktor yang membangun TPST pada 14 Juni 2023.
“Mudah-mudahan bisa lebih cepat selesai pengerjaannya, siapa tau diakhir Mei ini bisa 100 persen, sehingga bisa dilakukan commissioning lebih awal,” sebutnya.
Sebagai bentuk persiapan dalam uji coba nanti, pihaknya sudah mulai mencicil seperti halnya pemilahan sampah, dan mengumpulkannya dalam box-box yang ada di TPSP itu. Sehingga nanti saat commissioning bahan bakunya sudah tersedia dengan baik.
Sebelumnya pada Selasa (23/5) kemarin, Wakil Gubernur NTB, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah mengunjungi sekaligus meninjau lokasi pembangunan pabrik TPST di TPA Regional Kebon Kongok, Desa Suka Makmur, Lombok Barat.
Ia menjelaskan bahwa pembangunan TPST tersebut akan menghasilkan bahan bakar refused derived fuel yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pencampur batubara pada PLTU atau sebagai bahan bakar lainnya.
“TPST dapat mengurangi jumlah sampah 120 ton per hari dan akan terus dinaikkan hingga 300 ton perhari,” jelas Wagub. (ris)
