Mataram (Suara NTB) – Melambungnya harga telur ayam di pasaran yang ada di daerah ini mendapat atensi dari Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) NTB. Hal ini menjadi bahasan utama dalam rapat yang dipimpin Sekda NTB Drs. H. Lalu Gita Ariadi, M.Si., di Ruang Rapat Anggrek Kantor Gubernur NTB, Rabu, 24 Mei 2023.
Sekda NTB H. Lalu Gita Ariadi yang dikonfirmasi usai rapat, menjelaskan, sekarang ini harga telur ayam naik. Hal ini didasari kondisi di lapangan, yakni harga pakan yang terjadi kenaikan, termasuk harga pembelian jagung di tingkat petani juga terjadi kenaikan.
‘’Sehingga di satu sisi kepada petani kita senang terjadi kenaikan harga, tapi di satu sisi yang terpukul pada peternak, produsen telur dan daging ayam. Karena pakan tinggi harga pasar terjadi fluktuasi. Oleh karenanya, solusinya kami akan terus berkoordinasi dengan Badan Pangan Nasional (Bapanas). Informasinya Bapanas juga sudah bekerja dan sudah berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian,’’ ungkapnya.
Sekarang ini, ujarnya, koordinasi di pusat, sedang ada tahapan inventarisasi data dengan Direktorat Jenderal Peternakan Kementerian Pertanian untuk mengetahui dampak. Termasuk ada upaya melakukan diintervensi pada produsen-produsen atau pengusaha, sehingga dengan adanya intervensi itu, harapannya harga menjadi stabil
Dalam hal ini, tambahnya, NTB mendorong dilakukan percepatan intervensi Bapanas agar kebijakannya mengamankan pembelian harga pakan pada tingkat produsen telur dan daging itu. ‘’Dan bagaimana kebijakannya nanti kita akan diskusikan dengan Bapanas,’’ tambahnya.
Tidak hanya itu, pemerintah daerah juga akan terus berkoordinasi dengan produsen telur yang ada di daerah ini. Pihaknya tidak ingin produsen telur menggunakan asumsi kebutuhan telur tinggi pada Hari Besar Keagamaan (HBK) dan didorong lebih banyak berproduksi saat itu dan terpenuhi serta laku. Termasuk tidak ingin ada asumsi setelah di luar HBK, tidak ada daya serap yang tinggi, sehingga menyebabkan produksi turun, lebih-lebih ada harga pakan yang naik.
‘’Di luar HBK itu, permintaan tetap tinggi, misalnya ada program pemerintah dalam menangani stunting. Ini kan peluang bagi produsen untuk tetap mempertahankan produksinya Dan ada program pemerintah yang akan menyerap itu. Ini kan butuh komunikasi. Strategi kemarin seperti itu,’’ terangnya.
Untuk itu, tugas pemerintah daerah meyakinkan produsen tetap konstan pada produksi, karena demand tetap tinggi, meski non HBK, seperti dukungan program stunting yang membutuhkan ketersediaan telur yang tinggi.
Pada aspek hulu, ungkapnya, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan bersama asosiasi mencermati prediksi kebutuhan pasar. ‘’Itu tugasnya. Kemudian juga mengemuka tadi, ada evaluasi faktor alamiah siklus produksi ada saatnya peremajaan induk ayam petelur. Tapi kami minta lewat Dinas Peternakan dan asosiasi lakukan konsolidasi, jangan sampai siklus ini ada membuat bolong, sehingga pada waktu tertentu lama menunggu proses efektif produksinya. Selama masih menunggu ini bergejolak harganya. Na kami minta tadi bagaimana rekayasa siklus produksi itu ajeg begitu,’’ ujarnya.
Pihaknya juga terus memantau bagaimana perkembangan nasional, apalagi sekarang tahun politik, dan kandidat calon banyak membutuhkan untuk keperluan kampanye. ‘’Siapa tahu itu bagian dari tingginya permintaan, karena tidak menutup kemungkinan para kandidat menggelar syukuran atau membawa buah tangan pada konstituennya,’’ terang mantan Asisten II Setda NTB ini. (ham)