Giri Menang (Suara NTB) – Sebanyak 1.208 warga Lombok Barat (Lobar) diduga terjangkit penyakit TBC (Tuberkulosis) atau TB. Dari 1.208 jiwa terkena TBC ini, didominasi dewasa dan orang tua pada urutan pertama terbanyak. Kemudian lansia usutan kedua, dan anak-anak usia di atas lima tahun pada urutan ketiga tertinggi yang terjangkit TBC.
Berdasarkan data yang diperoleh Institut Perempuan untuk Perubahan Sosial (Inspirasi) NTB dari Instansi terkait, terdapat 1.208 jiwa di Lobar terindikasi terkena TBC. Kalau dirinci, dari 1.208 jiwa ini, paling banyak kalangan dewasa usia 19-59 sebanyak 830 jiwa. Kemudian urutan kedua terbanyak usia di atas 60 tahun sebanyak 180 orang. “Kemudian anak-anak usia di atas 5 tahun, urutan ketiga terbanyak (tertinggi) terkena TBC sebanyak 99 orang, ini jadi perhatian serius kita”kata Azka Rostiani Rahman, Koordinator Program Eliminasi TB Wilayah Lombok Barat, Sabtu, 20 Mei 2023.
Kalangan usia 6-12 tahun atau usia SD yang terkena TBC sebanyak 54 orang, kalangan usia 16-18 tahun atau SMA sederajat sebanyak 34 orang dan usia 14-15 tahun (SMP) terjangkit sebanyak 10 orang. Kemudian kalau dilihat dari jenis kelamin, paling banyak terkena laki-laki dengan jumlah 742 orang dan perempuan 466 orang. Lebih lanjut dikatakan, anak-anak banyak terkena stunting. Dan bicara stunting, salah satu faktornya adalah TBC, karena gejalanya hampir sama, kurus, tidak nafsu makan.
Penanganan TBC dilakukan oleh STPI dan didanai oleh Global Fund. Di wilayah Lobar dan Mataram dilaksanakan oleh inspirasi. Untuk wilayah Lobar, mencakup semua puskesmas. Pihaknya bekerjasama dengan 20 puskesmas yang ada di Lobar. “Kami kerjasama dengan 20 puskesmas di Lobar,”ujarnya. Yang dilakukan pihaknya lebih banyak melakukan koordinasi, dan jejaring dengan stakeholder terkait atau stakeholder kunci.
Rencananya tanggal 22-24 Mei ini, pihaknya akan melaksanakan pertemuan di ponpes dengan melibatkan Dikes, rumah sakit, Pokja 4 PKK Provinsi dan Lobar, Dinas Dikbud dan Kemenag, dan para kepala desa. ‘’Kenapa melibatkan kades? Karena saat turun pemeriksaan, banyak warga tak mau diperiksa,’’ ungkapnya.
Selain itu, pihaknya melibatkan desa melaksanakan kegiatan pengobatan TBC, terutama anak-anak yang terindikasi terjangkit. Seperti yang dilakukan di Desa Perampuan, ratusan warga dan anak-anak diobati gratis. “Kami kerjasama dengan desa Perampuan melakukan pengobatan TBC gratis,”sebut dia.
Sementara itu, Kabid P3KL Dikes Lobar H Ahmad Taufik Fathoni mengatakan, terkait data TBC akan dilihat dulu. Namun diakuinya memang masih tinggi TBC ini. Dalam penanganan TBC ini butuh peran pemda, peran camat, kades. Kalau ada warga terindikasi TBC harus dibawa periksa ke fasilitas kesehatan.
“Justru di desa tidak mau tahu tentang penyakit ini, kurang sadar dan aware.Kami siap bantu agar diperiksa seperti halnya Covid-19 dulu,”jelas dia.
Untuk penanganan pengobatan warga terkena TBC, tahun 2022 lalu, dari 1000 jiwa lebih berhasil disembuhkan 91 persen. Sedangkan sisanya, 9 persen ada yang meninggal, pindah, atau drop out. (her)