Dompu (Suara NTB) – Tiga orang anak di Desa Saneo Kecamatan Woja menjadi korban gigitan anjing diduga rabies, Minggu, 19 Maret 2023. Kasus gigitan ini cukup mengkhawatirkan, terlebih kasus gigitan ini dilakukan oleh seekor anjing pada waktu yang hampir bersamaan.
Upaya eliminasi terhadap anjing liar ini akan menjadi prioritas untuk mencegah meluasnya kasus gigitan anjing. Namun terhadap ketiga korban berinisial Ef (7), Fr (5), dan Hyn (13) yang menjadi korban keganasan anjing sudah mendapat penanganan medis di Puskesmas Dompu Barat.
Kapolsek Woja, Ipda Zainal Arifin, SIP kepada wartawan, Minggu kemarin langsung meminta jajarannya untuk berkoordinasi dengan Dinas teknis dan aparat Desa agar bisa melakukan eliminasi terhadap anjing liar yang diduga rabies. “Tidak menutup kemungkinan, apabila tidak dimusnakan akan makin banyak lagi korban dan menular ke anjing milik warga lainnya,” kata Zainal.
Selama Maret 2023, kasus gigitan ini menjadi keempat kali di Desa Saneo. Pertama terhadap Els (5) pada Senin, 6 Maret 2023. Sementara pada Minggu pagi kemarin, kasus gigitan pertama menimpa Afn yang sedang main di depan rumahnya. Dari arah belakang, seekor anjing langsung menggigitnya dan melukai bokong atasnya.
Untungnya, orang tua korban yang tak jauh dari TKP melihat hal tersebut langsung melemparkan batu kearah anjing tersebut. Namun, anjing yang langsung lari malah menggigit paha kaki kanan korban lainnya, yakni Hyn. Saat itu, Hyn sedng berdiri di pinggir jalan depan rumahnya.
Warga yang menyaksikan kejadian langsung mengejar anjingnya. Akan tetapi, anjingnya malah kembali menyerang Fr yang baru selesai buang air besar di pinggir sungai. Anjing itu menggigit bagian wajah korban. “Ketiga korban gigitan anjing tersebut sudah diberikan Vaksin Anti Rabies (VAR) oleh pihak medis Puskesmas Dompu Barat,” jelasnya.
Kasus gigitan anjing diduga rabies di Kecamatan Woja selama 2023 ini sudah 11 kasus dan pada 2022 lalu tercatat sebanyak 25 kasus. Kasus gigitan ini tidak tertutup kemungkinan akan bertamabah, terlebih banyak petani yang mulai memanen jagungnya dan anjing yang dijadikan sebagai perisai di kebunnya kini mulai dilepas berkeliaran di kampung.
Karenanya, Zainal meminta kepada warga untuk tidak melepas liar anjingnya karena dapat mengancam nyawa warga. Ketika dilepas liar dan ditemukan petugas saat proses eliminasi, agar tidak menyalahkan petugas. “Sebaiknya, anjingnya diikat. Kalau dilepas liar, itu akan mengancam warga lain,” ingatnya. (ula)