Mataram (Suara NTB) – Program konversi bahan bakar minyak (BBM) ke gas elpiji tak berlanjut. Pasca penyerahan bantuan sejak tiga tahu terakhir belum ada lagi intervensi program serupa. Di satu sisi, nelayan juga enggan menggunakan elpiji sebagai bahan bakar pengganti solar karena dianggap ribet.
Kepala Dinas Perikanan Kota Mataram, H. Irwan Harimansyah dikonfirmasi, Jumat, 17 Maret 2023 mengatakan, kemungkinan program konversi BBM untuk nelayan tidak berlanjut. Pasalnya, belum ada kabar atau informasi apapun dari pemerintah pusat terutama dari Kementerian Perikanan dan Kelautan. Kala itu, program konversi diluncurkan saat pandemi Covid-19 mulai tahun 2020 lalu. “Setelah itu, tidak diketahui kebijakan dari pusat,” kata Irwan.
Peralihan dari mesin berbahan bakar minyak ke tabung elpiji 3 kilogram dijalankan setengah hati oleh nelayan. Faktornya, nelayan tidak terbiasa menggunakan elpiji sebagai bahan bakar. Selain itu,membutuhkan ruang khusus lagi untuk meletakan tabung gas melon tersebut, sehingga dianggap ribet oleh sebagian besar nelayan. “Katanya lebih ribet daripada menggunakan mesin tempel,” jelasnya.
Dari sisi efisiensi lanjut Irwan, penggunaan elpiji ebenarnya lebih irit dibandingkan menggunakan BBM. Perbandingan biaya dikeluarkan nelayan lebih kecil jika menggunakan BBM jenis solar atau pertalite.
Program pemerintah pusat untuk efisiensi bahan bakar bagi nelayan sebenarnya sangat bagus untuk menekan biaya operasional, tetapi nelayan tidak menyambut positif dengan berbagai pertimbangan. “Sebenarnya, jauh lebih irit menggunakan elpiji daripada BBM,” jelasnya.
Irwan menambahkan, keberlanjutan program konversi BBM ke elpiji menunggu kebijakan dari Kementerian Perikanan dan Kelautan. Menurutnya, kabupaten/kota hanya menjalankan program yang menjadi fokus dari pemerintah pusat. (cem)