PROVINSI NTB terus berupaya memenuhi kuota permintaan komoditas barang yang diminta oleh Provinsi Jawa Timur (Jatim). Para pelaku usaha NTB yang telah menandatangani kerjasama dengan Pemprov Jatim maupun dengan pelaku usaha di daerah tersebut harus bisa merealisasikannya.
Kepala Dinas Perdagangan Provinsi NTB, Baiq Nelly Yuniarti mengatakan, pelaku usaha asal NTB harus bisa memenuhi permintaan Jatim. Terlebih Jatim menjadi pasar utama yang sangat strategis. Hal ini didukung pula oleh jalur tempuh yang telah tersedia, baik dari Lombok maupun dari Sumbawa menuju Surabaya.
Baiq Nelly mengatakan, konektifitas pelabuhan antara dua provinsi sudah tersedia dengan baik. Misalnya dari Pelabuhan Bima, Pelabuhan Badas, Pelabuhan Calabai maupun Pelabuhan Lembar sudah bisa terkoneksi ke Pelabuhan Tanjuk Perak Surabaya.
“Kami punya PR terkait dengan misi dagang dengan Jawa Timur. Artinya dengan angka yang disebut oleh misi dagang itu kami harus mampu memenuhi kuota itu. Angka itu bisa kita capai kalau produknya ada,” kata Baiq Nelly Yuniarti kepada Suara NTB akhir pekan kemarin.
Ia mengatakan, perjanjian kerjasama yang telah ditandatangani dalam kegiatan Misi Dagang dan Investasi antara Provinsi Jatim dengan NTB yang digelar tanggal 27 Februari kemarin itu mengamanatkan agar semua kesepakatan itu harus terpenuhi dalam satu tahun.
Misi Dagang Jatim-NTB ini membuahkan catatan transaksi yang menggembirakan. Sampai dengan pukul 17.00 Wita di tanggal 27 Februari 2023 itu, transaksi yang berhasil dicatatkan mencapai Rp251,399 Miliar.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa sebelumnya mengaku optimistis bahwa ke depan hubungan dagang antara Jatim dengan NTB akan terus dan semakin meningkat. Terlebih dengan adanya dukungan sektor pelayaran Long Distance Ferry (LDF) yang telah tersedia dari Jatim ke NTB baik melalui Ketapang-Banyuwangi maupun Jangkar-Situbondo menuju Lembar. Ia berharap peningkatan koneksitas LDF ini akan memudahkan proses hubungan dagang Jatim dan NTB.
“Silakan nanti pengusaha-pengusaha dari NTB mengambil peran lebih efisien ataukah lewat Ketapang Banyuwangi atau yang lebih efektif dari Jangkar Situbondo. Ditambah sekarang sedang proses finalisasi tol dari Probolinggo-Banyuwangi,” kata Khofifah dalam misi dagang itu.
Menurutnya, dalam kegiatan misi dagang antara Jatim dengan NTB ini juga dapat dilihat sebagai satu kebutuhan untuk bisa saling melihat penguatan kedua provinsi. Terutama dalam proses efektivitas proses petik, olah, kemas dan jual.
Pemprov Jatim sendiri, lanjutnya, telah membangun communal branding untuk produk kopi agar siap masuk pasar ekspor. Sehingga ketika ada permintaan dalam jumlah besar, maka bisa memenuhi permintaan tersebut.
“Pada Oktober 2022 lalu kita ekspor 200 ton kopi ke Mesir itu dari tiga daerah yakni Bondowoso, Jombang dan Madiun dalam format communal branding. Jikalau nanti ada komoditas kopi tertentu dari NTB yang ingin masuk dalam paket communal branding tersebut silahkan. Hal ini bisa saling menguatkan,” lanjut Gubernur Khofifah.
Berdasarkan data BPS, dalam perdagangan antara kedua provinsi, Jawa Timur mengalami Surplus dengan NTB sebesar Rp5,42 triliun. Nilai pembelian/bongkar dari NTB ke Jatim sebesar Rp1,32 trilliun, sedangkan total nilai penjualan/muat dari Jawa Timur ke NTB sebesar Rp 6,75 trilliun.
NTB selama ini menyuplai beberapa komoditas utama antara lain jagung, udang, cabai, bawang bombay, daging sapi, kantong plastik, kakao, kacang-kacangan hijau, sapi, tembakau dan kacang tanah ke Jawa Timur.
Sebaliknya Jawa Timur banyak menyuplai komoditas bahan bakar minyak (motor dan pesawat), pestisida, bawang putih, minuman kalori, minyak kelapa sawit, susu skim, obat-obatan, parfum dan bawang Bombay ke NTB.(ris)