Praya (Suara NTB) – Puluhan alumni Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Mataram angkatan tahun 2005 memutuskan untuk turun melakukan pendampingan ke desa stunting di wilayah Kabupaten Lombok Tengah (Loteng) mulai tahun ini. Langkah itu sebagai bentuk keprihatinan atas masih tinggi angka stunting di daerah ini. Harapannya, dengan kontribusi yang walaupun minim tersebut bisa memantu daerah ini menekan kasus stunting.
“Kita ada 30 orang yang ikut sebagai relawan pendamping desa stunting yang merupakan lulusan Poltekkes Mataram tahun 2005,” ungkap perwakilan Alumni Poltekkes Mataram, Jaya Pandu, kepada Suara NTB, Kamis, 23 Februari 2023.
Karena gerakan tersebut baru awal, maka pihaknya memutuskan untuk fokus pendampingan di satu desa dulu, yakni Desa Segala Anyar Kecamatan Pujut. Hal ini bertujuan pendampingan yang dilakukan bisa benar-benar fokus. Jika berhasil, pola yang diterapkan itu nantinya bisa menjadi role model pendampingan di desa-desa lainnya.
Pihaknya dalam hal ini tidak ingin banyak melakukan pendampingan, namun hasilnya tidak maksimal. lebih baik sedikit, tetapi hasilnya maksimal. Praktik baik dari pendampingan awal bisa kemudian dijadikan rujukan ketika melakukan pemdampingi di desa-desa yang lain. “Kita memiliki pendampingan di Desa Segala Anyar, karena pihak pemerintah desanya sangat terbuka dengan ide pendampingan yang ingin kita laksanakan,” imbuhnya.
Dalam prosesnya pendampingan nantinya, tidak semua relawana akan turun. Tetapi paling tidak setengahnya dan akan digilir. Mengingat, hampir semua relawan yang terlibat sudah bekerja, sehingga harus bisa mengatur waktu ketika melakukan pendampingan.
Belum lagi relawan yang terlibat, tidak semuanya tinggal dan bekerja di pulau Lombok. Ada juga yang berasal dan bekerja di Pulau Sumbawa. “Untuk pendampingan ini, kita rencanakan selama sekitar 10 bulan,” tambah Tati Arisanti, alumni Poltekkes Mataram lainnya.
Lalu apa yang akan didampingi? Tati menjelaskan, pendampingan akan fokus pada penguatan sumber daya manusia (SDM) kader posyandu desa. Mulai pendidikan gizi yang baik hingga pendataan serta perbaikan kondisi gizi anak. Karena kondisi gizi anak itu sangat menentukan pola penanganan terhadap anak stunting.
“Setiap anak stunting itu kondisi gizinya berbeda-beda. Maka pola penangananya juga berbeda. Di sinilah kemudian penting kader posyandu untuk mengetahui kondisi gizi anak stunting yang ada. Karena sedikit saja perbedaan berat badan anak stunting misalnya, pola penanganan gizinya berbeda,” terangnya seraya menambahkan, perbaikan administrasi dan data-data posyandu juga penting didampingi.
Ia menegaskan, kalau pendampingan yang dilakukan alumni Poltekkes Mataram tersebut murni atas inisiatif alumni sendiri. Sebagai bentuk kontribusi kepada daerah, karena untuk melakukan pendampingan tersebut, tanpa dukungan anggaran apapun. “Yang kami pikirkan bagaimana kami sebagai alumni Poltekkes Mataram bisa berkontribusi bagi daerah. Khususnya dalam penanganan kasus stunting, itu saja. jadi kalau bicara soal anggaran, murni pribadi dari teman-teman alumni,” tutupnya. (kir)