Tanjung (Suara NTB) – Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) diperingati dengan aksi sosial oleh Komunitas Penyu (Turtle Conservation Community – TCC) Nipah, Desa Malaka. Rabu, 22 Februari 2023, TCC Nipah menggelar aksi bersih-bersih pantai dengan memungut sampah di sekitar pantai lokasi konservasi.
Wakil Ketua TCC Nipah, Iwan Suyadi, kepada Suara NTB mengatakan aksi sosial membersihkan kawasan pantai dari sampah yang berserakan sudah menjadi agenda rutin. Terlebih dalam HSPN kemarin, pihaknya juga ikut berpartisipasi.
“Dalam rangka memperingati HSPN, maka kami dari TCC Nipah melakukan clean up Pantau Nipah sebagai bentuk kepedulian kami terhadap lingkungan agar tetap lestari dan bersih,” ujarnya.
Ia menyatakan, selain di hari-hari peduli sampah, kelompok TCC juga tetap melakukan kegiatan clean up pantai setiap hari Minggu. Itu dilakukan khusus di Pantai Nipah, Desa Malaka.
Clean up day pada hari Minggu, imbuhnya, merupakan program mingguan yang dilakukan untuk tetap menjaga Pantai Nipah secara khusus. Tujuannya agar pantai tetap bersih, sehingga para wisatawan senang datang ke Pantai Nipah menikmati wisata pantai dan wisata kuliner yang ada di lokasi tersebut.
Untuk aksi kemarin, Iwan menyebut cukup banyak peserta yang terlibat. Antara lain, pihak Pertamina DPPU BIL selaku penyokong konservasi penyu, anggota kelompok TCC yang berjumlah 30 orang, serta masyarakat sekitar.
“Untuk volume sampah yang kita dapatkan dari clean up tersebut sebanyak 350 kg sampah plastik,” imbuhnya.
Iwan mengakui, bahwa hingga saat ini pihaknya masih mengalami keterbatasan alat untuk melakukan pengolahan sampah. Kelompok TCC tidak bisa mengolah semua sampah yang dipungut, tetapi sebagian dari sampah itu bisa diolah menjadi kerajinan. “Itu pun masih jauh dari kata sempurna. Sedangkan untuk sisa sampah plastik terkadang kami bakar karena tidak ada pengambilan sampah ke area kami,” sebutnya.
Pihaknya memaklumi, dampak dari proses pembakaran sampah plastik menimbulkan polusi berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Namun cara itu terpaksa dilakukan karena tidak ingin melihat sampah plastik menumpuk yang mengganggu kenyamanan wisatawan. “Mau bagaimana lagi, karena kalau kami tumpuk saja setiap kegiatan maka sampah akan menjadi permasalahan baru,” pungkasnya. (ari)