Mataram (Suara NTB) – Rencana pembangunan Pasar Kebon Roek hingga kini belum ada kejelasan. Investor yang sebelumnya siap membangun Pasar Kebon Roek menjadi pasar yang bisa memberikan pendapatan bagi daerah tidak kunjung merealisasikan janjinya.
Rencana pengelolaan Pasar Kebon Roek, Ampenan oleh PT. Nolimax Jaya. Investasi diperkirakan mencapai Rp125 miliar. Rapat teknis pengelolaan pasar terbesar kedua di Kota Mataram sebelumnya intens digelar. Perubahan perencanaan disinyalir menjadi alasan, sehingga pengusaha tersebut enggan kembali lagi ke Mataram.
Sekretaris Daerah Kota Mataram Dr. H. Effendi Eko Saswito dikonfirmasi akhir pekan kemarin mengatakan, sebenarnya Pemkot Mataram menunggu pengusaha asal Jakarta itu kembali untuk memberikan kepastian terhadap rencana investasi mereka di Kota Mataram. Sebelumnya, mereka diminta membuat perencanaan yang matang sebelum membangun. “Kita mengapresiasi keseriusan pengusaha berinvestasi di Mataram,” kata Sekda.
Belakangan, lanjut Sekda, tidak ada kabar lagi. Setelah dikonfirmasi mereka berdalih menunda investasi karena alasan pandemi Covid-19. Padahal, perencanaan hampir final dan pemkot sudah memberikan gambaran lahan yang dimiliki sesuai dengan perencanaan awal.
Eko mengakui, review desain sudah dilakukan oleh PT. Nolimax Jaya dan kemungkinan perubahan perencanaan berimplikasi terhadap perencanaan mereka. Namun demikian, ia bersyukur Pemkot Mataram belum menandatangani perjanjian kerja sama apapun dengan pengusaha asal ibukota negara tersebut. “Kita sangat memaklumi kalau alasannya pandemi. Syukurnya tidak ada kesepakatan apapun,” ujarnya.
Pemkot Mataram rupanya trauma dengan janji-janji pengusaha yang akan berinvestasi. Seperti Ampenan Harbor dan pembangunan hotel dan pusat perbelanjaan di Taman Wisata Loang Baloq tak kunjung terealisasi hingga sekarang. Sekda memastikan pemerintah tidak lagi dikibuli oleh investor. Jika pengusaha serius berinvestasi tetap dilakukan multi kontes.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Perdagangan Kota Mataram Uun Pujianto juga tidak mengetahui kabar dari investor yang akan mengelola Pasar Kebon Roek. Padahal, pihaknya tiga kali menggelar rapat membahas perencanaan pengelolaan pasar tersebut. Saat rapat diminta mengubah perencanaan disesuaikan dengan kondisi atau karakteristik pedagang. “Saya juga tidak tahu informasinya lagi,” tandasnya.
Konsep investasi ditawarkan adalah B.O.T. Artinya, investor akan membangun infrastruktur dan fasilitas lainnya berdasarkan kontrak yang ditawarkan selama 30 tahun. Setelah kontrak berakhir, bangunan akan menjadi milik pemerintah. Uun enggan mengomentari apakah Pemkot Mataram dikibuli oleh pengusaha atau tidak. “Nah,kalau itu saya kurang tahu,” jawabnya sambil tersenyum. (cem)