Giri Menang (Suara NTB) – Stok pupuk di gudang distributor dianggap cukup memadai. Petani diminta tak perlu khawatir. Ketua PUSKUD NTB, Toto Budiarto menegaskan, sesuai dengan ketentuan, stok pupuk di lini III (gudang distributor) khususnya tidak boleh dikosongkan.
Sesuai ketentuan, stok pupuk tetap didistribusikan oleh produsen dari lini I (pabrik), ke lini II (gudang produsen). “Sesuai ketentuannya, kebutuhan minimal untuk seminggu ke depan harus tetap ada di gudang. Tidak boleh tidak ada. Sejauh ini pasokan dari lini II juga tetap masuk untuk mengantisipasi jangan sampai terjadi kekosongan,” terang Toto di PUSKUD NTB, Rabu, 1 Februari 2023.
Berdasarkan keputusan Kementerian Pertanian No 734 Tahun 2022, alokasi pupuk subsidi untuk NTB tahun 2023 sebesar 182.484 ton untuk Urea. 106.836 untuk NPK. Dan 1.121 liter untuk NPK formula khusus. Menurut Toto, alokasi ini sudah dihitung sesuai kebutuhan petani berdasarkan historis konsumsi pupuk tahun sebelumnya.
Ditengah keterbatasan pemerintah memberikan subsidi, kuota pupuk tahun ini juga tak dinampikan belum memenuhi kebutuhan ideal. “Memang ada yang dapat 25 Kg, ada yang dapat 50 Kg, ada juga yang dapat 70an Kg untuk Urea subsidi. Biasanya sehektar dapat 200an Kg sesuai takaran idealnya. Subsidi pemerintah terbatas,” katanya.
Kendati begitu, menurut Toto masyarakat petani mulai memahaminya. Dalam setiap kesempatan, para petani juga diberikan pengertian soal beban subsidi yang ditanggung oleh pemerintah. sehingga tidak seratus persen kebutuhan petani ditanggung subsidinya oleh negara. “Petani paham itu, walaupun sedikit dapatnya pupuk subsidi, masih ada pupuk non subsidi yang bisa dibeli. Contohnya, ada petani yang hanya dapat 50 Kg, padahal kebutuhannya 100 Kg atau lebih. Petani kemudian membeli lagi 25 Kg pupuk non subsidi, meskipun harganya 4 kali sampai 5 kali lipat dari harga pupuk subsidi,” ujarnya.
Menurutnya, petani tidak terlalu mempersoalkan jatah yang diterima walaupun sebetulnya kurang dari kebutuhan. Petani menyadarinya. Karena ini bagian dari edukasi kepada petani untuk menggunakan pupuk berimbang. tidak sepenuhnya mengandalkan pupuk kimia. “Yang ideal itu petani gunakan pupuk kimia sebagian, dan bisa gunakan pupuk kompos sebanyak banyaknya untuk menjaga keseimbangan kesuburan tanah. Yang dilawan saat ini adalah kebiasaan para petani menggunakan pupuk kimia sebanyak-banyaknya. Sehingga saat dikurangi jatahnya, petani protes. Padahal maksud pemerintah agar pemupukan dilakukan dengan seimbang,” ujarnya.
Ia bisa membandingkan keadaan tanah/lahan pertanian yang dulunya jika digembala/dibajak, kaki bisa tenggelam hingga hampir selutut. Saat ini, kaki hanya bisa masuk kadang-kadang tak sampai semata kaki.
“Itu menandakan tanahnya sudah jenuh. Karena penggunaan pupuk kimia secara berlebihan. Produksi hasil pertanian juga belum tentu sebanyak yang diharapkan. Pembatasan kuota pupuk subsidi kepada petani ini sekaligus edukasi ke petani untuk menggunakan pemupukan berimbang. karena kuota yang diberikan sudah disesuaikan dengan kebutuhan tanah masing-masing wilayah,” demikian Toto. Toto menambahkan, sejauh ini stok pupuk subsidi, terlebih lagi pupuk non subsidi sangat memadai. Sehingga kondusifitas ditingkat petani juga terjaga. (bul)