Mataram (Suara NTB) – Atraksi berbasis ekowisata akan diperbanyak di Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tunak, sebagai penyangga Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika. Apalagi dengan adanya Sirkuit Mandalika yang menjadi tuan rumah event-event balap bertaraf internasional.
Ekowisata atau ekoturisme merupakan salah satu kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan.
“Saya sudah minta kepada pemegang izin untuk menyiapkan melengkapi akomodasi dan menyiapkan atraksi bagi wisatawan berbasis ekologi atau ekowisata,” kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi NTB, Budhy Kurniawan,S.Hut di ruang kerjanya, Senin, 30 Januari 2023.
TWA Gunung Tunak Desa Mertak, Kecamatan Pujut sendiri merupakan hutan yang berada pada ketinggian 0 –105 mdpl. Sebagian besar Hutan ini merupakan hutan sekunder yang secara perlahan pulih dan berfungsi sebagaimana umumnya hutan. Di dalam hutan Gunung Tunak, dapat ditemui gundukan sarang burung langka Megapodius/burung gosong (Megapodius reinwartdtii) yang dilindungi undang-undang.
Keindahannya dilengkapi oleh pantai pantai tersembunyi yang relatif belum di jemaah. Berpasir putih yang terhampar luas dihempas deburan ombak samudera Indonesia. Untuk menikmati pemandangan alam, di kaki bukit dapat mendirikan tenda untuk Camping yang akan lebih menyenangkan jika dilakukan bersama teman atau keluarga.
TWA Gunung Tunak bekerjasama dengan Korea Selatan dalam membangun pariwisata di Indonesia, terdapat berbagai fasilitas maupun sarana wisata alam berupa Cotage, Restorant, Buterfly Center, dan sebagainya. Lanjut Budhy, potensi TWA Gunung Tunak adalah flora yang cukup tinggi. sebagian besar di dominasi oleh jenis tanaman berkayu antara lain : Klokos Udang (Callophilum inophilum), Kukun (Shoutenia ovata), Kesambi (Schleicera oleosa), Asam (Tamarindus indicus), Berora (Kleinhovia hospita), Dadap (Erithryna sp), Waru (Hibiscus tiliaceus), Amplas (Ficus amplas), Kedondong hutan (Spondias sp), Luwing (Ficus hispida).
Dalam kawasan TWA Gunung Tunak juga dapat ditemui jenis-jenis burung, mamalia, reptilia dan jenis-jenis serangga. Diantaranya, babi hutan, kowak malam merah (nycticorax caledonicus), kepodang (oriolus chinensis), kera abu-abu (macaca fascicularis), rusa (cervus timorensis), kipasan belang (rhipidura javanica), kelincer (orthotomus sepium), raja udang (halcyon sp), pelilit (falco sp), ayam hutan (gallus gallus), kecial kuning (zosterops palpebrosus), punglor merah (zoothera interpress), srigunting (dicrurus sp), bubut alang-alang (centropus bengalensis), dan beberapa jenis burung dilindungi undang-undang yaitu burung gosong kaki merah (megapodius reinwardtii), isap madu lombok (linchmera lombokia), raja udang (halcyon chloris), elang bondol (haliastur indus), rusa timor (cervus timoriensis).
Berdasarkan kegiatan inventarisasi burung yang telah dilaksanakan pada bulan Juli 2003, di kawasan TWA Gunung Tunak ditemukan kurang lebih 73 jenis burung. “Dari 73 jenis burung tersebut, 16 jenis diantaranya merupakan jenis yang dilindungi undang undang dan 12 jenis merupakan burung air,” imbuhnya.
Budhy menambahkan, untuk melengkapi kebutuhan khusus wisatawan, beragam atraksi ekowisata yang dapat disajikan diantaranya, melepas tukik, menyaksikan penyu bertelur. Menyaksikan burung-burung endemik NTB, atau melihat kupu-kupu.
“Sudah ada kandang kupu-kupu disana, yang dikelola oleh Pokdarwisnya, disana kupu kupu dikembangkan, hasil pengembangbiakannya sebagian dilepas ke alam, sebagian akan diawetkan dan jadi cinderamata, seperti di Batimurung (Sulawesi). Sudah mulai dilakukan. nantinya, TWA Gunung Tunak bisa jadi melengkapi kebutuhan wisatawan, apalagi dengan adanya balap motor di Sirkuit Mandalika,” demikain Budhy. (bul)