KASUS campak di beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi. Bahkan, di NTB kasus anak yang menderita campak masih ditemukan, namun tidak sebanyak daerah lain. Tingginya anak yang terkena kasus campak di luar daerah ini mesti mendapat atensi, baik oleh pemerintah daerah maupun orang tua anak.
Demikian disampaikan Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) NTB dr. Hj. Nurhandini Eka Dewi, SpA., saat dikonfirmasi di Kantor Gubernur NTB, Kamis, 26 Januari 2023. Menurutnya, banyaknya anak yang terkena campak sekarang ini, karena saat pandemi Covid-19, hampir semua posyandu di NTB tidak buka. Sementara hampir 80 persen anak mendapatkan imunisasi campak di posyandu.
Namun, tambah Asisten II (Perekonomian dan Pembangunan) Setda NTB ini, puskesmas buka dan diminta tetap keliling dalam memberikan imunisasi campak pada anak. Namun, tapi tidak semasif kalau tidak dilakukan di posyandu. ‘’Akibatnya banyak anak yang tidak mendapatkan perlindungan dari imunisasi campak itu. Sekarang ini angka anak yang menderita campak naik,’’ ungkap mantan Kepala Dinas Kesehatan NTB ini.
Untuk itu, pihaknya mengimbau pada orang tua segera melakukan imunisasi pada anak-anaknya, karena jika tidak segera diimunisasi akan berpengaruh pada kesehatan anak-anaknya. Menurutnya, ‘’kejahatan’’ campak tidak sekedar edeh (bahasa Sasak campak), kejahatannya akan menghancurkan pertahanan tubuh anak.
‘’Campaknya sih tidak apa-apa, tapi karena campak, penyakit lain bisa masuk. Dan salah satu pembunuh utama pada anak itu ada pneumonia. Dia campak, kalau tdak di-support untuk menaikkan daya tahan tubuh, maka penyakit yang berat-berat akan masuk. Salah satu yang paling utama adalah pneumonia,’’ terangnya.
Sebelum pandemi Covid-19, ungkapnya, NTB masuk 3 besar terbaik untuk imunisasi campak. Walau pandemi, NTB mash di angka sekitar 50-60 persen. Angka ini masih lebih baik dibandingkan beberapa daerah lain di Indonesia, karena ada daerah yang berada di kisaran 20-30 persen. Artinya, masyarakat di NTB masih ada kesadaran datang ke puskesmas untuk memberikan imunisasi pada anaknya.
Meski demikian, yang dialami sekarang ini adalah turunnya anak yang memiliki herd immunity, sehingga menyebabkan kasus anak yang terkena campak naik. ‘’Dulu anak-anak yang tidak divaksinasi terlindungi oleh herd immunity anak-anak yang sudah vaksinasi,’’ ungkapnya.
Diakuinya, kasus campak di NTB tetap ada, tapi tidak setinggi di daerah lain kenaikannya. Bahkan, di tempat praktik menemukan anak yang terkena campak datang berobat. Namun, kasus yang ditemukan tidak banyak dan pihaknya segera memberikan pengobatan pada anak bersangkutan
‘’Anak yang terkena campak, mukanya merah, batuknya luar biasa, terkadang disertai diare dan ini terjadi dalam waktu singkat, sehingga anak yang tidak memiliki daya tahan tubuh bagus, kena campak makin turun. Terlambat dapat pengobatan, itu bisa berbahaya,’’ terangnya
Untuk itu, harapnya, jika anak yang terkena batuk, pilek agar tidak dianggap enteng. Apalagi anak-anak tidak dapat vaksin Covid-19 beberapa waktu lalu, orang tua harus hati-hati. Dalam hal ini, orang tua segera membawa ke tenaga kesehatan untuk diberikan pelayanan kesehatan memadai.
‘’Untuk ibu-ibu yang punya anak balita, tolong vaksinasi anaknya. Begitu juga yang duduk di SD, kelas 1 dan 2, ada ulangan campak pada anak. Bujuk anaknya supaya mau divaksin, jangan biarkan anaknya lari. Tidak masuk sekolah justru saat ada jadwal vaksin di sekolah, karena ini demi kesehatan anak-anak,’’ ujarnya mengingatkan. (ham)