Tanjung (Suara NTB) – Wacana penggantian kendaraan tradisional cidomo dengan mobil listrik di 3 Gili yang disampaikan Bupati Kabupaten Lombok Utara (KLU), H. Djohan Sjamsu, SH., mendapat penolakan dari Koperasi Janur Indah (Koperasi Cidomo) Gili Trawangan. Pihak koperasi bahkan tegas meminta agar Bupati tidak berspekulasi dengan kebijakan yang ujung-ujungnya bisa merugikan masyarakat lingkar pariwisata Gili Trawangan.
Pengurus Koperasi Janur Indah, Akmaludin, kepada Suara NTB, Jumat, 20 Januari 2023 mengakui jika wacana penggantian cidomo sudah lama dihembuskan oleh pemerintah daerah. Sebagai pengganti cidomo, mencuat kendaraan mesin jenis Golf Car atau mobil listrik lainnya.
“Selaku pengurus Koperasi Janur Indah, saya menyampaikan pendapat semua anggota bahwa kami menolak keras. Masyarakat juga menolak keras upaya mengganti Cidomo yang sudah identik dan menjadi ikon di Gili Trawangan,” cetus Akmaludin.
Ia menegaskan, sebagai pelaku usaha jasa angkutan cidomo di Gili Trawangan akan tetap mempertahankan kearifan lokal yang terpelihara sejak pariwisata 3 Gili dibuka. Pihaknya juga tidak bergeming walaupun pemerintah daerah menawarkan kompensasi kendaraan sebagai alat pengganti cidomo.
Menurut dia, wacana demi wacana yang digaungkan sejauh ini oleh pemerintah dinilai muncul karena Pemda belum pernah berpikir apa dampak bagi anggota Koperasi yang saat ini berjumlah 300 orang.
Banyak alasan yang harus dipertimbangkan oleh Pemda sebelum mengeluarkan wacana. Pertama, kondisi infrastruktur jalan Gili. Kedua, sarana dan prasarana pendukung mobil listrik jika harus masuk ke Gili. Selanjutnya, harus dikemanakan kuda-kuda dan pedati masyarakat jika itu dinonaktifkan. Namun yang belum terpikirkan oleh Pemda saat ini, nilai finansial cidomo di 3 Gili saat ini tergolong mahal.
“Butuh proses, kajian dari dampak ekonomi yang akan muncul. Kondisi ekonomi sekarang terdampak gempa dan covid masih membungkam, ditambah wacana pemerintah, kami pasti menolak,” tegasnya.
Di samping itu, kata Akmaludin, meskipun berjenis kendaraan tradisional, tetapi masyarakat yang bergantung cukup banyak. Tidak hanya 300 anggota koperasi dan keluarganya, tetapi juga para buruh kusir, buruh pakan ternak, serta buruh material yang bergantung pada Dongol (Cidomo tanpa Kap).
“Sekali lagi, perlu pertimbangan khusus, walaupun kami akan diberi kompensasi langsung dengan kendaraan tersebut.”
Sebab kendaraan listrik yang relatif baru, belum tersedia suku cadang, montir, bengkel, maupun pendukung lain. Artinya, jika suatu ketika kendaraan macet maka butuh waktu lama bagi anggota koperasi untuk bisa beroperasi kembali.
Sebelumnya, Gubernur NTB, Dr. Zulkieflimansyah, saat berkunjung ke Gili Trawangan bersama Bupati KLU beberapa waktu, menyinggung kondisi jalan yang rusak. Menurut kenyamanan berkendara, mobil listrik tidak akan mungkin melalui jalan melingkar Gili Trawangan dengan kondisi kurang mulus.
“Kalau jalan masih bampi-bampi ‘kan tidak enak. Apalagi ada ide tadi, pak bupati akan mengganti cidomo dengan kendaraan listrik. Saya kira perlu diapresiasi dengan sosialiasi yang harus bagus, karena kita tidak mau gaduh lagi,” tegas Gubernur. (ari)