Dompu (Suara NTB) – Prorek penataan pelabuhan Soro Kempo tahun 2022 harus molor hingga tahun 2023. Kondisi ini disebabkan kekosongan aspal cair, sehingga pengaspalan area parkir di pelabuhan Soro Kempo itu harus melewati tahun anggaran.
Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Dompu, H. Fakhrurrazi yang dihubungi di kantornya kemarin mengakui, pekerjaan pengaspalan area pelabuhan Soro Kempo belum bisa dilakukan akibat tidak adanya aspal cair di sub kontraktor. Kondisi ini tidak hanya dialami untuk proyek pengaspalan area parkir pelabuhan Soro, tapi kondisi serupa juga dialami untuk paket pekerjaan pengaspalan jembatan Karijawa. “Aspal cair kosong semua, makanya pekerjaan hotmix belum dilakukan,” ungkapnya.
Paket pekerjaan senilai Rp.6,7 M di pelabuhan Soro Kempo ini berupa pemasangan jaringan listrik, pagar, pembuatan area terbuka hijau, perlengkapan dermaga, vender dan bolar, serta pengaspalan area parkir kendaraan. “Untuk pekerjaan aspal hotmix, sudah diberikan material dasar sebelum aspal hotmix berupa LPB dan LPA. Tinggal aspal saja,” katanya.
Diakui H. Fakhrurrazi, pelabuhan Soro Kempo ini termasuk penyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk Kabupaten Dompu dari bongkar muat kapal barang. Pada tahun 2022, PAD dari pelabuhan Soro Kempo mencapai Rp.400an juta setahun. Pelabuhan yang cukup dekat dengan gudang dan wilayah kota Dompu ini menjadi pilihan utama bagi pengusaha untuk mengirimkan hasil buminya ke luar daerah. “Karena biaya angkutnya murah, makanya jadi pilihan utama bagi pengusaha yang menggunakan kapal laut untuk angkut jagung,” katanya.
Untuk mendukung pengoperasionalan pelabuhan Soro Kempo, Dinas Perhubungan kata H. Fakhrurrazi, tetap memberikan perhatian. Termasuk pada 2023 ini akan difungsikan jembatan timbang sempat macet dengan melengkapi beberapa peralatan yang rusak. “Jembatan timbangnya sebenarnya normal, kita sudah tera kemarin. Tapi ada beberapa alat yang harus diganti,” terangnya.
Terkait pemanfaatan alat bongkar muat untuk mempercepat proses bongkar muat, sehingga tidak terjadi antian kapal yang lama hingga berhari – hari, H. Fakhrurrazi mengaku, masih memikirkan alternatif pekerjaan bagi warga yang selama ini bergantung dari proses bongkar muat kapal. Karena ada 3 dusun di Desa Soro yang bekerja sebagai buruh bongkar muat di pelabuhan Soro.
“Alat bongkar muat ini penting untuk mempercepat bongkar muat kapal supaya tidak terjadi antian panjang. Tapi karena ada warga yang menggantungkan pekerjaan dari bongkar muat barang di pelabuhan, jadi perlu kita pikirkan alternatif pekerjaan bagi mereka. Kalau tidak, itu bisa jadi pemicu konflik. Itu yang kita jaga, makanya penggunaan alat belum jadi prioritas kita,” ungkapnya. (ula)