Dompu (Suara NTB)– Sebanyak 4.464 orang warga Kabupaten Dompu diduga menderita TB dan yang baru dilakukan pengecekan selama 2022 sebanyak 1.538 orang atau 34 persen. Dari jumlah itu, sebanyak 446 orang dinyatakan positif menderita TBC. Rendahnya kesadaran masyarakat mengecekkan kesehatannya pada fasilitas kesehatan (Faskes) menjadi pekerjaan rumah Dinas Kesehatan bersama jajarannya di Kabupaten Dompu.
Kepala bidang P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Dompu, Hj. Maria Ulfah, SST, M.Kes kepada wartawan di kantornya, Senin 9 Januari 2023 kemarin mengungkapkan, target untuk dideteksi penderita TB tahun 2022 sebanyak 4.464 orang warga se Kabupaten Dompu. Tapi yang baru diperiksa sebanyak 1.538 orang. “Memang kesadaran masyarakat kita untuk memeriksakan TB-nya ke fasilitas kesehatan masih kurang. Ketika mereka batuk, paling hanya beli obat ke apotik. Tidak mereka periksakan ke fasilitas kesehatan,” kata Hj. Maria Ulfah.
Padahal ketika diperiksakan ke fasilitas kesehatan dan dinyatakan menderita TB, maka pemeriksaan dan pengobatannya selama 6 bulan ditanggung pemerintah. Penyakit TB ini tidak bisa sembuh hanya dengan pengobatan seadanya, tapi harus ada pengobatan rutin. “Kita baru mengetahui mereka ini menderita TBC saat dirujuk ke rumah sakit, itupun sudah TBC lanjut. Artinya kondisinya sudah parah,” jelasnya.
Ketika penderita TB cepat ditangani, kata Hj. Maria Ulfah, maka kesempatan sembuhnya sangat besar dan pencegahan penularan dapat dilakukan. Penyakit TBC ini merupakan penyakit yang paling mematikan dan cepat menular. Karena serangannya kepada paru – paru. “Dibanding Covid-19, TBC itu jauh lebih mematikan. Karena TBC itu merupakan penyakit yang menyerang paru – paru, sementara covid-19 itu memperparah penyakit bawaan,” katanya.
Hj. Maria Ulfah mendorong agar warga yang memiliki gejala batuk berhari – hari untuk segera diperiksakan ke fasilitas kesehatan yang ada, sehingga dahaknya diperiksa. Ketika terdeteksi menderita TBC, maka bisa diobati secara rutin selama 6 bulan dan itu gratis. “Mereka juga dapat dicegah untuk menularkan ke anggota keluarga lain,” terangnya.
Selama ini ada stigma TBC sebagai penyakit turunan, dikatakan Hj. Maria Ulfah, karena penderita TBC meludah dan membuang dahaknya sembarang di lingkungan rumah. Dahak yang kering itu, membawa virus ke anggota rumah dan terjangkit. “Ini yang kita jaga, jangan sampai tertular seperti ini,” katanya. (ula)