Taliwang (Suara NTB) – Seorang anak berumur 5 tahun asal desa Tambak Sari, kecamatan Poto Tano, Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) dilaporkan meninggal dunia akibat penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
Laporan yang diterima Suara NTB, kasus kematian akibat penyakit yang bersumber dari gigitan nyamuk Aedes Aegypti itu terjadi pada tanggal 27 Desember 2022 lalu. Di mana korban dinyatakan meninggal di RSUP Manambai Sumbawa.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) KSB, Hj. Erna Idawati yang dikonfirmasi mengenai kasus tersebut, Senin, 2 Januari 2023 kemarin, membenarkannya. Menurut dia, pihaknya telah melakukan berbagai upaya penanganan sebelum akhirnya korban dirujuk ke RSUP. Namun nyawa anak warga desa Tambak Sari itu tetap tidak dapat tertolong. “Sebelum dirujuk ke (RSUP) Manambai kita sempat tangani dulu di sini,” cetusnya.
Kabid Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan (P3KL), Indra Alamsyah menjelaskan kronologi kasus kematian warga akibat DBD tersebut. Ia menyebutkan, awal korban terdeteksi sakit pada tanggal 26 Desember saat dibawa pihak keluarga ke Puskesmas Poto Tano. Sehari di Puskesmas, kondisinya tak kunjung membaik sehingga dirujuk ke RSUD Asy Syifa. Namun dihari yang sama rujukan dilanjutkan ke RSUP Manambai dan setelah sehari di rawat di rumah sakit provinsi itu, nyawa anak berumur 5 tahun tersebut pada akhirnya tidak dapat tertolong.
“Kondisinya sejak masuk Puskesmas itu sudah kritis, karena pengakuan keluarga memang sudah sakit beberapa hari di rumah,” papar Indra.
Sejak hari pertama terdeteksi, Indra selanjutnya menyatakan, tim survelance langsung turun lapangan ke lingkungan sekitar rumah korban melakukan penyelidikan epidemologi. Di mana didapati bahwa vektor angka bebas jentik di lingkungan tersebut mencapai 71,42 persendi bawah standar yang seharusnya minimal di atas 95 persen. “Atas temuan itu kami langsung melalukan pemberatasan sarang nyamuk bersama warga dan pemerintah setempat,” katanya.
Selanjutnya ia menambahkan, pada saat ini potensi serangan DBD masih sangat tinggi. Mengikuti siklusnya penyakit berbasis lingkungan ini mencapai puncaknya selama 5 bulan saat musim penghujan. “Apalagi kalau hujannya seperti sekarang. Sehari hujan, dua tiga hari tidak, maka potensi tumbuhnya jentik nyamuk penyebab DBD semakin besar. Karena itu kami imbau masyarakat agar tetap menjalankan pola hidup sehat dengan selalu membersihkan rumah dan lingkungan sekitarnya,” tambah Indra. (bug)