Tanjung (Suara NTB) – Seorang anggota polisi di Kabupaten Lombok Utara (KLU), Bripka Lalu Budi Setiawan, layak menjadi contoh. Ia rela menyisihkan gajinya untuk kegiatan amal di sela-sela kesibukannya mengawal kamtibmas di Desa Sambik Elen – Polsek Bayan Resort Lombok Utara.
Pria kelahiran Lombok Barat, 6 Juni 1987 ini, bertugas di Desa Sambik Elen yang merupakan desa terluar – perbatasan Lombok Utara dan Lombok Timur – sejak 2014 hingga sekarang. Sebelum ditempatkan di Polres Lombok Utara, ia menjadi abdi negara di bawah Korps Kepolisian dengan ditempatkan di Denma Polda NTB. Ia menghabiskan waktu 6 tahun di Denma, tepat setahun setelah lulus dari Pendidikan Polri tahun 2007.
Selama mengawal kamtibmas di Desa Sambik Elen, membuat Lalu Budi tidak melupakan dari mana ia berasal. Bahwa, ia lahir dan dibesarkan dari keluarga dengan status sosial yang sama dengan masyarakat Desa Sambik Elen. Kesederhanaan itulah yang membuat dia mulai menggalang kegiatan amal – diawali dengan menyisihkan gajinya untuk warga kurang mampu.
“Motivasi saya membantu warga karena saya pernah merasakan dimana saya pernah hidup berada di titik terendah. Selain itu, motivasi lainnya, saya ingin mengangkat kembali kepercayaan masyarakat terhadap Polri,” ucap Budi, kepada koran ini, Minggu, 1 Januari 2022.
Langkah Budi membantu warga dimulai setelah peristiwa Gempa 7.0 SR, 5 Agustus 2018 menimpa masyarakat Lombok Utara. Bahkan ketika itu, masyarakat Kecamatan Bayan, termasuk di Desa Sambik Elen, lebih dahulu menerima dampak gempa, yakni pada 28 Juli 2018. Di Desa Sambik Elen ketika itu, terdapat sejumlah warga meninggal dunia. Masalah warga korban gempa menjadi semakin rumit, terutama karena di beberapa titik di Desa Sambik Elen, kesulitan air bersih.
Budi lantas bergerak door to door, dari satu dusun ke dusun lain. Ia bergerilya, naik turun bukit, medan hutan, sampai ke titik-titik terpencil di mana warga Sambik Elen berdiam diri sembari menunggu kebun miliknya. Lumpur saat hujan, debu di musim kemarau, dan panas menyengat, menemani misi sosial Kamtibmas Budi di wilayah itu.
“Kalau kendala selama ini tidak ada masalah, kendaraan dinas pun ada, dan lancar dikendarai ke pelosok,” imbuhnya.
Budi menjadi lebih bersemangat membantu warga, karena didukung oleh sang istri, Fitri Handayani – seorang Bidan Desa yang bertugas di Desa Anyar, Kecamatan Bayan. Dari dorongan sang istri, Budi menyempatkan diri membawa 22 sampai 25 kantong plastik berisikan sembako berisi beras, telur, minyak goreng, gula, mie instan, setiap bulannya.
Artinya, jika dihitung dari jumlah 30 hari kerja setiap bulan, Budi harus mengantarkan paket sembako selama 22-25 hari kerja. “Saya juga menyalurkan bantuan tongkat kepada warga lansia,” imbuhnya.
Hingga saat ini, Budi telah menyalurkan bantuan di dua desa di Kecamatan Bayan, yakni Desa Sambik Elen dan Desa Anyar. Sudah tidak terhitung jumlah warga yang dibantu. Namun dari pengakuannya, sasaran utama penerima adalah para orang tua jompo, anak yatim, warga lumpuh dan warga yang tidak bisa mencari nafkah.
“Dana asal dari gaji yang disisihkan sampai Rp 500 ribu. Ada juga dukungan donatur setiap bulannya yang berkisar antara Rp 2,2 juta sampai Rp 2,5 juta,” sebutnya.
Dalam melakukan kegiatan amal itu, Budi juga berkoordinasi dengan pemerintah desa setempat, maupun Dinas Sosial. Karena bantuan prasarana tongkat dan kursi roda, hanya bisa diakses di kabupaten.
“Mohon doanya semoga misi sosial ini berjalan lancar sehingga saya bisa membantu lebih banyak warga lain di Lombok Utara ini,” tandas Budi. (ari)