Tenun khas Lombok, khususnya tenunSukarara, Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah (Loteng) tidak hanya terpaku pada motif lama. Ada satu motif baru yang menjadi primadona dan banyak pemesannya. Motif baru ini adalah Motif Jokowi (Joko Widodo) Presiden Republik Indonesia.
MOMEN Presiden Jokowi menggunakan pakaian adat istiadat Sasak Lombok saat sidang paripurna di DPR RI tanggal 16 Agustus 2019 membuat pakaian adat Sasak ini ikut trending saat itu. Banyak orang penasaran mengenai busana adat tradisional yang dipergunakan presiden.
Hal ini secara tidak langsung menjadi promosi gratis terhadap pakaian adat atau tenun khas Sasak. Apalagi setelah Presiden menggunakan pakaian adat itu banyak pihak yang menanyakan dan memesan kain tenun dengan motif yang sama pada para perajin.
Bagi perajin, hal ini merupakan sebuah kesempatan bagi mereka untuk menenun atau menjual kain dengan motif yang sama seperti yang dipergunakan Presiden.
Seperti yang dilakukan Mustafa, pemilik Mustafa Batik dari SukararaLoteng. Bahkan, Mustafa mengakui sudah menjual langsung kain tenun ini pada Presiden Jokowi.
“Dulu Bapak Presiden membeli kain tenun pada saya. Jika saya biasa jual dengan harga Rp1 juta. Saya waktu itu dibayar Rp3,5 juta oleh Bapak Presiden,” tutur Mustafa pada Suara NTB di Graha Bhakti Praja Kantor Gubernur NTB, Kamis, 8 Desember 2022.
Bagi Mustafa, ada kebanggaan tersendiri bagi dirinya ketika produk tenun yang dibuat oleh perajinnya dipergunakan oleh orang nomor satu di negara ini. Apalagi, ketika sudah dipergunakan oleh presiden selalu ada yang mencari kain tenun motif Jokowi. Hal ini tentu saja memberikan keuntungan bagi dirinya dan juga para pengusaha UKM yang ada di daerah ini.
Menurutnya kain tenun motif Jokowi tidak jauh beda dengan motif-motif yang lebih dulu ada. Namun, ada satu motif yang membuat tenun tersebut berbeda dengan motif tenun lainnya. Selain itu, untuk pembuatan satu jenis kain tenun membutuhkan waktu 1 bulan.
“Hanya sedikit saja bedanya. Dan pada motif ini lebih banyak kita pergunakan benang berwarna emas. Ini juga yang mempengaruhi harga kain tenun itu dibandingkan dengan yang lainnya. Namun, tetap ada saja yang nanya,” terangnya.
Mengenai dampak penjualan kain tenun secara umum, Mustafa mengakui pada peningkatan. Namun, hasil penjualan kain tenun masih belum seperti waktu normal sebelum Covid-19 beberapa waktu lalu. Meski ada event besar berskala internasional seperti World Superbike dan MotoGP di sirkuit Mandalika, penjualannya masih biasa saja. Terlebih dirinya tidak ikut berjualan di dalam sirkuit sebagaimana halnya pengusaha lainnya. Dirinya beralasan tidak ikut, karena tidak semua orang yang datang menonton mencari suvenir berupa kain tenun, khususnya saat event berlangsung. Dirinya lebih memilih berjualan di tempat masing-masing.
Mustafa mengakui menjual berbagai macam jenis kain tenun khas Lombok, baik berupa kemeja, ikat kepala atau sapuk dan berbagai jenis produk lainnya. Bahkan, dirinya memberdayakan 30 penenun yang siap memasok berbagai jenis kain tenun. (ham)