Mataram (Suara NTB) – Sebagai upaya meningkatan IPM, salah satu yang perlu ditingkatkan yaitu angka rata-rata lama sekolah (ARLS). Di tahun 2020-2021, berdasarkan data BPS NTB angka rata-rata lama sekolah di NTB yakni 7,38 tahun naik dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 7,31 tahun.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) NTB, Dr. H. Aidy Furqan, M.Pd., mengatakan, titik tekan upaya peningkatan mutu yaitu harus menuntaskan permasalahan angka rata-rata lama sekolah.
“Harus menuntaskan angka rata-rata lama sekolah. Itu titik tekannya, karena itu adalah penyumbang IPM kita,” ujarnya.
Angka rata-rata lama sekolah sebesar 7,38 tahun artinya penduduk di Provinsi NTB yang berusia 25 tahun ke atas memiliki rata-rata lama sekolah7,31 tahun. Atau rata-rata penduduk di Provinsi NTB telah menamatkan pendidikan minimal kelas VII.
Aidy menjelaskan, adanya peningkatan angka rata-rata lama sekolah tersebut merupakan progres dari arah kebijakan Dinas Dikbud NTB untuk mewujudkan layanan akses pendidikan yang berkeadilan.
Sebagai informasi, rincian ARLS kabupaten/kota di NTB tahun 2021 berdasarkan data BPS pada 17 Maret 2022 yaitu Lombok Barat sebesar 6,42 tahun, Lombok Tengah 6,29 tahun, Lombok Timur 6,71; Sumbawa, 8,15 tahun. Dompu 8,71 tahun, Bima, 7,91 tahun, Sumbawa Barat, 8,72 tahun, Lombok Utara, 6,04 tahun, Kota Mataram, 9,54 tahun, dan Kota Bima, 10,65 tahun.
Upaya untuk peningkatan mutu terus dilakukuan dengan mengacu pada hasil akreditasi sekolah, selain delapan standar nasional pendidikan. “Dalam pengembangannya juga masuk literasi, kepemimpinan instruksional, dan pengembangan budaya lainnya. Dengan hasil akreditasi kami sandingkan dengan rapor mutu pendidikan, NTB nanti titik lemah di sisi mana. Kalau ketemu di sisi mana, baru kita intervensi program,” jelas Aidy.
Sebelumnya Ketua Badan Akreditasi Nasional Sekolah dan Madrasah (BAN S/M) Provinsi NTB, Dr. Syamsul Hadi, M.Pd., berharap, semua pihak berkontribusi melakukan peningkatan mutu dengan menggunakan basis data yang jelas.
“Salah satu contoh, ketika temuan hasil akreditasi perlunya peningkatan kompetensi guru, kita mengajak apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru. Mungkin juga dukungan sumber daya yang lain, agar nanti kalau dilakukan asesmen kembali, temuan itu tidak muncul lagi sebagai satu temuan,” jepas Syamsul Hadi. (ron)