Perang Rusia-Ukraina Pengaruhi Harga Telur di NTB

Mataram (Suara NTB) – Perang antara Rusia dan Ukraina yang belum menunjukkan tanda-tanda akan diakhiri turut memberikan pengaruh ke daerah di Indonesia. Salah satunya terhadap fluktuasi (turun naiknya) harga telur di NTB. Seperti dikemukakan Ketua Perhimpunan Peternak Unggas Rakyat Provinsi NTB, Christopher Brillianto. Perang kedua negara pecahan Unisoviet itu menurutnya berdampak luas ke seluruh dunia. Karena berkaitan langsung kelancaran distribusi barang dari negara yang satu ke negara lainnya.

Kendala yang dihadapi saat ini oleh peternak unggas di NTB adalah semakin naiknya harga pakan. Dimana, pakan ini sendiri memberikan share paling besar dalam operasional budidaya unggas petelur. “Pakan yang kita gunakan didalamnya terdapat konsentrat yang didatangkan dari luar negeri. 70 persennya harus impor. Karena bahan bakunya tidak tersedia di dalam negeri,” kata  Christopher.

Konsentrat untuk kebutuhan pakan ini didatangkan dari Argentina, termasuk dari Ukraina yang merupakan negara penghasil gandum. Jalur pengiriman dari Ukraina masih tersendat karena blokade akibat perang. “Alternatifnya ngimpor dari India. Tapi India sendiri tidak berani ngeluarin stok, karena khawatir negaranya kekurangan. Harga konsentrat yang tadinya Rp5000-an, sekarang jadi Rp9.000-an. Kalau perang terus, ya harga telur tamat,” ujarnya.

Disisi lain, daya beli masyarakat lemah karena tekanan ekonomi global. Sehingga tidak memungkinkan bagi peternak unggas menaikkan harga. Namun kenaikan harga telur pasti terjadi. Lanjut Christopher, harga telur saat ini pada kisaran Rp25.000 di tingkat peternak. Sementara di Jawa, harga telur sudah Rp26.000. seharusnya, harga telur di NTB lebih tinggi dibandingkan harga telur di Jawa.

Karena kebutuhan untuk ternak unggas sebagian besar didatangkan dari Jawa. Disisi lain, jumlah peternak unggas petelur di NTB sudah 15 persen tutup kandang. Dari total 30an peternak unggas yang bertahan ini adalah rata-rata yang populasi unggasnya diatas 5.000 ekor. Atau yang cadangan modalnya masih mencukupi untuk bertahan.

“Ndak tau kalau terus-terusan begini bakalan makin banyak yang gulung tikar. Kondisi saat ini sedang ada perbaikan. Karena harga telur sudah membaik, pengusahanya sudah berani ngambil uang bank,” paparnya. Sebelumnya, banyak pengusaha yang tutup lantaran harga telur di NTB hanya Rp15.000/Kg, sementara acuan atau Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Rp21.000/Kg. Sehingga saat covid-19, populasi total unggas petelur NTB sebanyak 2,1 juta turun menjadi 1,7 juta.

“Gimana nggak gulung tikar peternaknya. Tapi sekarang sudah mulai inject kapasitas kandang. Populasi unggasnya sekitar 2 juta sekarang totalnya. Kedepan harga telur pasti naik, karena situasinya, namun kenaikannya tidak tinggi,” demikian Christopher. (bul)




Digital Interaktif.

Edisi 1 Januari 1970

Latest Posts

21 Kapal di Selat Lombok Setop Beroperasi Saat Hari Raya Nyepi 2023

Mataram (Suara NTB) - Sebanyak 21 kapal yang rutin...

Persiapan Sambut Balap Mobil, MGPA Rombak Sirkuit Mandalika

Praya (Suara NTB) - Sejumlah perombakan bakal dilakukan Mandalika...

Dikes Siapkan Tim Nakes, Belasan Ibu Sedang Hamil di Daerah Terisolir

Giri Menang (Suara NTB) - Dinas Kesehatan Lombok Barat...