Selong (Suara NTB) – Kelompok Tani Hutan (KTH) Pink Lestari selaku pengelola objek wisata Pantai Pink Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur (Lotim) berperang menghadapi sampah-sampah kiriman. Terlihat selama beberapa hari terakhir ini, pantai indah ini terlihat penuh dengan sampah.
“Ini bakal terjadi selama empat bulan,” ungkap Ketua KTH Pink Lestari, Ahmad Turmuzi saat ditemui Suara NTB di kawasan Pantai Pink, Rabu, 23 November 2022.
Pantai yang tak pernah sepi pengunjung dan dulu dinamakan Pantai Tangsi ini terlihat sangat kotor.
Menurut Turmuzi, sampah yang menumpuk di Pantai Pink ini merupakan kiriman dari daratan Pulau Lombok dan Sumbawa. Sehari ada sekitar lima ton sampah yang terpaksa diangkut dari bibir Pantai Pink.
Samoah-sampah kiriman ini katanya akan terus berdatangan selama musim hujan. Estimasinya akan berlangsung selama empat bulan. “Saat musim hujan, sampah-sampah dari Lotim bagian Utara dan Sumbawa yang banyak berdatangan,” ungkapnya.
Keberadaan sampah ini diakui sangat mengganggu wisatawan yang mandi. Pengelola sendiri cukup kewalahan menghadapi sampah. Terlebih sejauh ini hanya bisa menggunakan peralatan seadanya.
Jumlah tenaga juga sangat terbatas. Jumlah sampah yang terlalu banyak ini tidak bisa diprediksi. Sesaat setelah dibersihkan langsung selang beberapa jam kemudian kembali menumpuk. Selain plastik, tidak sedikit batang kayu.
Kesulitan pengelola ini adalah mengangkut sampah dari pasir. Pasalnya, pasir pink dikhawatirkan ikut terangkut. “Kita berusaha supaya tidak terangkat pasirnya,” imbuhnya.
Dibutuhkan juga alat khusus untuk mengangkut. Sejauh ini, sampah-sampah kiriman tidak dibawa keluar. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ijobalit sangat jauh, sehingga untuk sementara sampah-sampah ditaruh di tempat penampungan sementara di sekitar kawasan pantai. Sejumlah pemulung ada yang datang memilah sampah. Lainnya terpaksa dibakar atau ditanam. (rus)