Sejumlah komoditas hortikultura mengalami berdampak buruk setelah turun hujan beberapa bulan terakhir. Nanas, salah satunya. Harga buah nanas anjlok. Sejumlah petani dan penjual nanas pun mengaku merugi.
INAQ Fitriiah, salah seorang petani sekaligus pedagang nanas asal Desa Lendang Nangka Utara Kecamatan Masbagik, mengatakan semenjak musim hujan ini banyak buah nanas yang masak di kebun para petani. Hal itu juga salah satu faktor penyebab anjloknya harga nanas.
Produksi nanas sekarang cukup melimpah. “Kalau banyak produksi, maka itu sudah menjadi tanda-tanda harga nanas murah,” urainya.
Harga nanas ukuran kelas 1,2,3 yang biasanya dijual dengan harga Rp10 ribu per 4 biji. Sekarang, Rp10 ribu per 6-7 biji. Sementara untuk ukuran yang sedang saat ini dijual dengan harga Rp 10 ribu per 15 biji sebelumnya dijual dengan Rp10 ribu per 10-11 biji.
Sementara untuk buah nanas yang ukuran paling kecil sebelumnya dijual dengan harga Rp10 ribu per 20 biji buah nanas, kini dijual dengan harga Rp10 ribu per 30 biji.
Kondisi sekarang ini katanya terbalik dibanding sebulan sebelumnya. Terlebih saat bulan Maulid, pembeli sulit menemukan buah nanas yang matang. Sekarang ini hampir 80 persen buah nanas matang.
Selain faktor hujan, faktor lain yang menyebabkan anjloknya harga nanas ini dikarenakan saat ini sedang musim buah. Orang panen buah di mana mana. Utamanya panen mangga, sehingga buah nanas dinilai kalah saing dengan buah-buahan yang lain.
Akibatnya, banyak petani bahkan mengalami tidak bisa balik modal. Biaya produksi cukup besar. “Balik modal saja sangat sulit apalagi untuk bisa mendapatkan keuntungan,” paparnya.
Inaq Fitriyah mengaku sebelumnya tidak pernah keluar berjualan. Biasanya ia jualan di depan rumahnya saja dan pembeli yang banyak berdatangan. Sekarang, ia terpaksa pergi ke pasar dengan harapan bisa lebih banyak laku terjual.
Pengolahan buah nanas menjadi produk-produk lain selama ini tidak pernah dilakukan. Tidak adanya pemahaman akan hal itu sehingga ia lebih memilih untuk memasarkan langsung ke sejumlah pasar di Lombok dan luar daerah seperti Bali, Jawa dan Sumbawa.
“Tapi sekarang jarang kita kirim ke luar daerah, paling jauh dikirim ke Mataram, Lombok Barat dan Lombok Tengah. Kami harap pemerintah bisa membantu kami, kalau tidak bisa membantu pemasaran paling tidak harga pupuk bisa murah, kami dikasih subsidi seperti petani lainnya karena kami tidak pernah dapat subsidi speri petani padi dan jagung dan petani yang lain,” demikian pungkasnya. (rus)