PMK di KSB Tembus Lebih 3.000 Kasus

0

Taliwang (Suara NTB) – Sebaran virus Penyakit Kuku dan Mulut (PMK) pada ternak sapi dan kerbau di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) terus bertambah secara pesat. Data Dinas Pertanian (Distan) setempat, per 7 Oktober 2022 total jumlah ternak yang terdeteksi telah terpapar sudah mencapai 3.332 ekor.

Tidak saja dari sisi jumlah, secara kewilayahan penyakit yang disebabkan oleh infeksi Aphthovirus dari famili Picornaviridae ini juga meluas. Pertama ditemukan di kecamatan Taliwang, kini virus itu sudah meluas ke tiga kecamatan lainnya, yakni di kecamatan Poto Tano, Seteluk dan Brang Rea. “Yang status zero (nol) kasus sementara ini, Sekongkang, Maluk, Jereweh dan Brang Ene,” terang Kepala Distan KSB, Muhammad Saleh, Selasa, 8 November 2022.

Melihat data yang ada, Saleh tak menampik penyebaran virus PMK itu telah berkembang secara pesat. Namun demikian ia menyatakan, proses penanganan oleh pihaknya juga telah secara efektif berhasil sejauh ini. Terbukti dari 3.332 kasus terdeteksi, terdapat sebanyak 3.175 ternak yang sudah dinyatakan sembuh.

“Dan sampai sekarang belum ada ternak terjangkit yang mengalami kematian atau pun harus dilakukan pemotongan paksa,” klaim Saleh.

Untuk menekan kasus penyebaran virus PMK itu dikatakan Saleh pada praktiknya ditingkat lapangan cukup sulit.  Penularan virus yang sangat cepat serta dengan banyak cara, membuat keberadaannya sulit dideteksi sejak awal. “Begitu ada seekor yang menunjukkan gejala, maka besar kemungkinan ternak lainnya dalam satu kandang itu telah terinfeksi juga, karena saking cepatnya menular,” paparnya.

Dan kalau pun dapat dideteksi lebih dini, Saleh menambahkan, cara pencegahan penularannya sangat sulit dijalankan dengan cepat. Ternak yang terindikasi terinveksi harus segera dipisah dari ternak yang sehat dengan cara diisolasi di kandang khusus. Selain itu kandang lama pun harus disemprotkan disinfektan agar virus PMK yang kemungkinan menempel di berbagai media benar-benar telah dilumpuhkan.

“Bayangkan saja penularannya cepat dan bisa lewat berbagai media. Tidak hanya sentuhan langsung antara ternak yang sehat dengan yang sakit. Yang punya ternak pun bisa menjadi media perantara, kalau dia sebelumnya menyentuh yang sakit baru kemudian ke kandang ternak yang sehat,” demikian urai Saleh.(bug)