Stok Melimpah, TPID NTB Cegah Beras Menjadi Penyumbang Inflasi

0
H.Lalu Gita Ariadi (Suara NTB/Alfan)

Mataram (Suara NTB) – Provinsi NTB adalah daerah penghasil beras sejak lama. Nyaris setiap tahun selalu terjadi surplus beras, sehingga sebagian beras yang dihasilkan oleh petani dikirim ke beberapa provinsi di Indonesia. Namun uniknya, beras seringkali muncul sebagai salah satu penyumbang inflasi di daerah ini.

Untuk mencegah agar kebutuhan pokok ini tidak menjadi penyumbang inflasi, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) melakukan pertemuan Jumat, 28 Oktober 2022 yang dipimpin oleh Sekda NTB sekaligus sebagai Ketua TIPD NTB, Drs H.Lalu Gita Ariadi.

Ia mengatakan, Pemprov NTB bersama dengan Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia serta pihak terkait lainnya sedang melakukan konsolidasi, terutama dalam proses perekaman, pengolahan dan interpretasi data inflasi. Karena cukup membingungkan ketika beras sering menjadi kontributor atau penyumbang inflasi, padahal NTB sebagai penghasil beras dengan kualitas yang baik.

‘’Kita stok aman sampai 20 bulan, harga beras baik kualitas premium dan medium di harga terendah, malah dibawah HET. Namun jika disandingkan dengan data-data inflasi menjadi kaget kita. Sehingga kita membahas bagaimana inti keterpaduan di dalam proses perekaman, pengolahan dan interpretasi data inflasi,’’ ujar Gita.

Agar beras tak menyumbang inflasi, salah satu yang dilakukan yaitu dengan terus menggelar Operasi Pasar (OP) di sejumlah titik. Masyarakat diharapkan mengakses beras Bulog ini karena harga beras medium Rp8.500/Kg. Harga ini jauh lebih rendah dari ketentuan Harga Eceran tertinggi (HET) beras medium Rp9.450/Kg.

‘’Jika persoalannya ada pada persepsi masyarakat terkait dengan kualitas beras Bulog, maka harus ada penanganan khusus dengan cara mengubah image bahwa beras bulog tetap beras yang terbaik,’’ ujarnya.

Tugas TPID kata Sekda yaitu terus memantau perkembangan dan ketersediaan sejumlah bahan kebutuhan pokok pada saat hari-hari besar keagamaan dan saat ada event internasional selanjutnya mengambil langkah-langkah penting. Misalnya pada saat WSBK Bulan November 2022 ini, TPID akan berupaya memastikan harga-harga kebutuhan pokok masyarakat tetap stabil.

Tidak dijelaskan berapa kontribusi harga beras terhadap inflasi NTB di bulan Oktober ini, sebab data inflasi bulan Oktober akan dirilis oleh Badan Pusat Statistik di tanggal 1 November besok. Sebagai gambaran, inflasi gabungan dua Kota (Kota Mataram dan Kota Bima) bulan September sebesar 1,01 persen.

 Sebelumnya, Pimpinan Wilayah Perum Bulog NTB Abdul Muis mengatakan, seluruh sumberdaya manusia yang dimiliki dikerahkan untuk melakukan stabilisasi harga beras. Mulai dari penjualan langsung di pasar, kios Bulog, Rumah Pangan Kita (RPK) hingga penjualan di tingkat gudang. Belum lagi melalui program Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) yang diluncurkan Perum Bulog Pusat.

Perum Bulog menyediakan beras harga Rp8.500/Kg beras medium yang dijual kepada masyarakat NTB. Kebijakan itu diambil untuk menjamin ketersediaan dan harga yang layak. Jika masyarakat atau pedagang yang langsung membeli ke gudang Bulog harga beras dapat diperoleh dengan harga Rp8.300/Kg. Ketahanan  stok beras NTB saat ini mencapai 50 ribu ton lebih. (ris)