Stunting di Kota Mataram Kini 17,33 Persen, Ketua TP-PKK Optimis Angkanya Turun Lagi

0
Ketua TP-PKK Kota Mataram Hj. Kinnastri Mohan Roliskana bersama dengan Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram dr. H Usman Hadi (Suara NTB/ris)

Mataram (Suara NTB) – Angka penderita stunting di Kota Mataram kini telah turun menjadi 17,33 persen berdasarkan data aplikasi elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis masyarakat (e-PPGBM) per 1 September 2022. Data yang sudah masuk berdasarkan perhitungan terakhir itu sudah lebih dari 94 persen.

Ketua TP-PKK Kota Mataram Hj. Kinnastri Mohan Roliskana mengatakan, awalnya di bulan Juli lalu, angka stunting di Kota Mataram tercatat sebesar 24 persen. Namun berkat kerja keras seluruh pihak, angka stunting di kota ini kini sudah turun sangat signifikan.

“Sekarang kita di angka 17,33 persen. Kita salah satu daerah terendah kasus stunting,” kata Hj. Kinnastri Mohan Roliskana kepada Suara NTB, Senin, 19 September 2022.

Ia mengatakan, program bulan penimbangan balita yang telah digelar bulan Agustus kemarin sangat efektif untuk menurunkan angka stunting, karena semua target sudah tertimbang dan terukur dengan baik. Kemudian dilakukan juga pemberian vitamin A untuk seluruh balita yang datang ke Posyandu.

“Saya juga selalu ingatkan ketua PKK Kecamatan dan PKK Kelurahan untuk memantau Posyandu-Posyandunya. Harus kreatif dan kita harus bikin Posyandu ini kebutuhan mereka,” ujarnya.

Namun salah satu yang menjadi tantangan bagi kader Posyandu yaitu banyak ibu-ibu muda yang notabene dari generasi milenial kini agak gengsi datang ke Posyandu untuk kontrol kehamilan maupun membawa anak balitanya. Padahal jika mereka tahu pelayanan Posyandu sudah prima dan gratis, maka mereka tentu akan memilih Posyandu.

“Sehingga konsep Posyandu kita ini harus ikut perkembangan zaman. Posyandu harus menjadi kebutuhan semua kalangan. Artinya kita angkat prestise Posyandu ini, karena Posyandu bukan hanya untuk pelayanan masyarakat menengah ke bawah, namun semua kalangan ayo ke Posyandu,” kata Bunda Kikin, panggilan akrabnya.

Agar angka stunting semakin turun hingga Desember 2022 nanti, Pemkot Mataram akan melakukan pemilahan terhadap balita-balita yang masih masuk kategori murni stunting atau tidak. Tentu penanganannya akan dilakukan secara berbeda di lapangan. Bagi penderita stunting yang kurang gizi akan dibantu asupan gizinya dengan susu formula sehingga berat badannya bisa bertambah.

“Sekarang banyak anak balita kita kurang berat badannya karena beberapa waktu terakhir, anak-anak kita banyak yang batuk pilek. Hampir merata, sehingga itu mempengaruhi berat badan karena kurang nafsu makan. Saat bulan penimbangan, berat badan kurang sehingga muncul angka stunting. Harapan saya anak-anak tetap sehat semuanya, sehingga saat penimbangan tidak ada pengaruh,” ujarnya.

Di samping memperbaiki gizi anak, tentu Pemkot Mataram juga akan tetap melakukan edukasi kepada para orang tua anak untuk menjaga daya tahan tubuh dan menerapkan pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari.

“Saya berharap di akhir Desember, angka stunting kita semakin menurun lagi. Saya optimis, karena kerja keras Kadis Kesehatan, bersama teman-teman kader Posyandu untuk terus berbuat yang terbaik untuk Kota Mataram,” terang Bunda Kikin.

Ia mengatakan, dirinya sudah meminta kepada Dinas Kesehatan Kota Mataram untuk menggunakan timbangan digital di seluruh Posyandu, tidak lagi memakai timbangan manual. Namun tentu hal ini dilakukan secara bertahap karena banyaknya Posyandu di kota ini.

Akan tetapi sebenarnya Pemkot Mataram sudah sangat sering membeli alat timbangan digital dan dibagikan ke seluruh Posyandu. Namun kendalanya, ada di para kepala lingkungan. Dimana setiap ada pergantian kepala lingkungan, aset Posyandu cenderung tak dikembalikan.

“Karenanya kedepan saya akan duduk bersama sama kepala lingkungan, camat dan lurah dan OPD terkait, tentu kita harus buat hitam di atas putih. Bahwa aset yang ada di Posyandu, itu milik pemerintah, bukan milik kepala lingkungan, sehingga harus dikembalikan. Saya dengar juga tahun depan ada pengadaan 260 unit paket fasilitas Posyandu, termasuk timbangan digital, Alhamdulillah” katanya.

Hal lain yang tak kalah penting untuk diatensi yaitu pergantian Kepala Lingkungan bisa berpotensi bergantinya para kader. Hal ini tentu tak boleh terjadi, sebab seorang kader Posyandu sudah diberikan pelatihan sedemikian rupa, sehingga diharapkan mereka tetap memberikan kontribusinya di Posyandu tanpa harus terpengaruh oleh pergantian kepala lingkungan.

“Jadi kedepan para kader itu harus ber-SK kepala dinas atau SK Walikota agar kepala lingkungan tak gampang memecat kader. Karena susah kita mendidik kader itu, karena dia juga kader KB, kader TBC, kader anti narkoba dan lainnya,” tutupnya.

Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram dr. H. Usman Hadi mengatakan, dari angka 17,33 persen itu, ada penderita stunting yang pendek, sangat pendek dan wasting atau balita sangat kurus. Sehingga yang perlu dijaga saat ini yaitu balita dengan kondisi wasting jangan sampai menjadi stunting dengan cara rutin memberikan makanan tambahan kepada para balita atau PMBA (pemberian makanan bagi bayi dan anak).

Pekerjaan rumah selanjutnya kata Kepala Dinas yaitu bagaimana menurunkan angka stunting yang berjumlah 17,33 persen tersebut sehingga mampu turun menjadi 14 persen di tahun 2024 sesuai dengan arahan Presiden Jokowi.(ris)