Lokalisir Episentrum dengan Vaksinasi

0
H.L.Gita Ariadi (Suara NTB/ris)

TEMUAN kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Pulau Sumbawa makin meluas. Per tanggal 11 Agustus 2022, temuan kasus PMK di Kabupaten Sumbawa sebanyak 523 ekor dan Kabupaten Bima sebanyak 764 kasus. Padahal beberapa hari sebelumnya, kasus di daerah tersebut hanya puluhan kasus saja.

Ketua Satgas PMK sekaligus Sekda NTB Drs. H. Lalu Gita Ariadi M.Si mengatakan, Pemprov NTB bersama pemerintah kabupaten  terus bekerja keras pengendalikan secara total kasus PMK di Pulau Sumbawa agar bisa hijau kembali dalam waktu yang singkat. Salah satu caranya yaitu dengan melokalisir daerah yang menjadi episentrum kasus PMK dengan cara vaksinasi ternak serta menerapkan biosecurity.

“Kalaupun ada beberapa titik yang saat ini merah harus segera dihijaukan kembali dengan cara-cara yang sesuai dengan petunjuk yang ada,” ujar Lalu Gita Ariadi kepada Suara NTB, Jumat, 12 Agustus 2022.

Ia mengakui bahwa saran pemerintah agar peternak segera melakukan potong paksa terhadap ternak yang terkena PMK tidak bisa serta-merta semuanya dilakukan di lapangan. Sebab masih banyak peternak yang enggan memotong hewan ternaknya meskipun mereka akan dapat kompensasi. Namun menurutnya, banyak kebijakan yang baru muncul tidak mudah diterima oleh masyarakat, sehingga harus berproses.

“Kita terus yakinakan masyarakat, tika ada yang mudah, semuanya harus berproses,” ujarnya.

Sesuai data tanggal 11 Agustus 2022, temuan kasus PMK di Kabupaten Sumbawa sebanyak 523 ekor, ternak yang masih sakit sebanyak 312 ekor, sembuh 195 ekor, potong bersyarat sebanyak 12 ekor dan mati 4 ekor. Sementara di Kabupaten Bima, temuan kasus PMK melonjak menjadi 764 kasus. Ternak yang masih sakit sebanyak 661 ekor, dan sembuh 103 ekor. Adapun ternak yang potong bersyarat dan mati di Kabupaten Bima hingga kini belum ada laporan.

Sebelumnya, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Provinsi NTB Ahmad Nur Aulia mengatakan, sejak munculnya kasus PMK di Pulau Sumbawa, atensi Dinas Peternakan sudah cukup tinggi ke daerah tersebut.

Pihaknya sudah memberikan penanganan pengobatan, melokalisir daerah yang menjadi episentrum kasus PMK dengan cara vaksinasi dan tindakan biosecurity. Biosecurity merupakan program yang dirancang untuk melindungi ternak dari bebagai serangan penyakit atau sebagai langkah awal dalam pengendalian wabah penyakit dengan cara pembersihan dan desinfeksi, isolasi/pemisahan, pengendalian lalu lintas, pengendalian hewan dan hama dan lainnya.

“Kita ingin melokalisir daerah yang sekarang ini menjadi episentrumnya dengan cara melakukan biosecurity ketat dan membuat ring vaksinasi sehingga tidak menyebar,” ujar Ahmad Nur Aulia.

Ia mengatakan, pemusnahan atau potong bersyarat ternak yang terkena PMK dianjurkan oleh pemerintah pusat untuk mencegah penularan PMK ini. Peternak tinggal memasukkan data di iSIKHNAS untuk melaporkan kebijakan potong bersyarat tersebut. “Potong bersyarat memang membutuhkan persetujuan pemilik ternak. Kami lakukan pendekatan ke peternak agar mereka melakukan prosedur tersebut, “ ujarnya.

Secara umum, berdasarkan perkembangan kasus PMK di Provinsi NTB per tanggal 11 Agustus 2022, jumlah kasus yang muncul sebanyak 92.647 kasus, ternak yang sudah sembuh sebanyak 87.189 ekor, masih sakit sebanyak 4.987 ekor, potong bersyarat 249 ekor dan mati sebanyak 222 ekor.(ris)